INILAH PUTERA KESAYANGKU, DENGARKANLAH DIA
(Kej 22:1-2.9a.10-13.15-18, Rom 8:31b-34, 9:2-10)
Petrus, Jakobus, dan Johanes sangat bahagia mengalami peristiwa transfigurasi di atas gunung. Saat itu Musa, Elia, dan Yesus, hadir di hadapan mereka. Secara khusus Yesus bagi mereka bertiga sebenarnya bukan orang baru, karena sehari-hari mereka selalu bersamaNya. Tetapi hari itu Yesus tampil sangat berbeda. ”Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaianNya sangat putih berkilat-kilat.” Yesus tampil yang sebenarnya, aslinya. Putera Allah. “Inilah Putera kesayanganKu, Dengarkanlah Dia.”
Peristiwa di atas gunung itu, sedang menggambarkan bahwa sejarah keselamatan Allah bagi manusia merupakan sebuah sejarah panjang. Dari Abraham yang kemudian dilegitimasi Allah melalui Musa dalam peristiwa gunung Sinai. Kemudian kita mengenal peristiwa Sinai melalui Hukum Taurat Musa. Taurat (o Lei) merupakan tanda bahwa Allah selalu dan senantiasa menyertai umat Israel, dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hidup menjadi teratur dan terarah kepada Allah.
Sejarah Keselamatan Allah itu tidak selamanya berjalan mulus, karena manusia selalu jatuh bangun dalam kelemahan dan dosa. Allah tetap berkomitmen mencintai manusia, dan berupaya agar manusia kembali kepadaNya. Allah menyuarakan itu melalui nabi-nabiNya. Elia menjadi seorang nabi yang sangat terkenal karena perannya menyatukan orang-orang Israel yang terbagi (terbuang) dalam dua kerajaan: Utara dan Selatan. Yehuda dan Babilonia.
Sejarah Keselamatan Allah itu berpuncak dalam diri Tuhan kita yesusu kristus. Kita mendengarkan Tuhan Yesus Kristus, berarti kita mendengarkan Allah. “Dengarkanlah Dia” Karya keselamatan Allah itu termaksut dalam Kitab Taurat Musa, Kitab Para Nabi, dan Injil Tuhan kita Yesus Kristus. Yesus sering disebut juga Musa baru, karena hukum kasih dan Yohanes Pembabtis sering disebut Elia baru karena seruan kenabianya dan menjadi jembatan penghubung Perjanjian Lama dan Baru.
Kisah sejarah keselamatan Allah, merupakan kisah kasih dan pengorbanan. Sebagaimana diulas dalam Kitab Kejadian bahwa: Allah sungguh mengasihi Abraham, karena itu Allah ingin menguji iman Abraham apakah dia mengasihi Allah? Allah mengujinya dengan mencobai dia, apakah mau berkorban, memberikan yang terbaik untuk Allah? Iman Abraham luar biasa. Ia rela mengorbankan apa saja sebagai tanggapan atas kasih Allah itu. “Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, maka Aku akan memberkati Engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.”
Korban Kristus, Salib dan KematianNya menunjukan Kasih dan Pengorbanan Allah, bagi manusia. Agar manusia selalu bersama Allah, dalam dan melalui Kristus yang bangkit. Kepada umat di Roma, Paulus melalui pertanyaan-pertanyaan retoris, mengajak agar jangan takut beriman kepada Allah “Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang malahan menjadi pengantara kita?”
Saudara-saudariku! Yesus melarang Petrus, Jakobus, dan Yohanes, agar jangan dulu menceriterakan pengalaman di puncak gunung itu, sampai sesudah kebangkitanNya. Peristiwa mulia diatas gunung itu harus melalui peristiwa duka, salib. Tidak ada cerita kebangkitan tanpa cerita salib. Biarlah mereka bertiga mengisahkannya secara utuh dan lengkap, salib dan kebangkitan-NYA.
Mari kita menyatukan seluruh pengalaman salib, keraguan iman, derita, kesulitan dan tantangan hidup, dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus sembari berharap agar bangkit, mendapat peneguhan dan jalan yang lebih baik dalam paskah kehidupan. “Rabi betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia.” (Hari Minggu II Pra Paskah-2021)