NEWS

Immersion Postulan Kapusin, Belajar Menghargai Perjuangan Hidup

Loading

Komsoskam.com – Air Molek, -Setiap tahun menjelang akhir semester genap, program immersion selalu digelar sebagai bentuk pembinaan dan pelatihan diri bagi para postulan kapusin. Sesuai dengan asal-usul katanya (Inggris), immerse, yang berarti melebur. Dalam kegiatan ini para postulan kapusin dituntut untuk mengalami dan menjalani cara hidup yang serupa dengan para pekerja-pekerja kebun sawit.

Program ini dilaksanakan sepanjang bulan Mei 2019, yang diikuti oleh para postulan Kapusin Naghuta dan Biara Emaus di perkebunan sawit Korindo, Air Molek.

Dalam kesehariannya, para postulan bekerja sebagai karyawan kebun dengan mekanisme kerja yang telah disusun bapak Hasugian sebagai mandor di kebun tersebut. Adapun beberapa pekerjaan yang dilakukan, yakni membuat tapak kuda sebagai tempat pupuk setiap pokok sawit, membuat pasar pikul sebagai jalan kecil untuk mempermudah gerobak yang diisi pupuk menyusuri setiap pokok sawit, membabat rumput, dan mencari kayu bakar.

Cuaca yang begitu panas telah membakar semangat para postulan untuk bekerja dengan sepenuh hati walaupun letih dan lelah mulai menggerogoti mereka. Selain itu, para postulan juga mengikuti doa lingkungan berupa doa rosario bersama umat dan ibadat sabda setiap hari Minggu. Para postulan selalu mendendangkan sebuah koor setiap ibadat sabda dan membuat umat stasi St. Lusia Korindo semakin bersemangat untuk mengikuti perayaan ibadat. Umat sangat senang akan kehadiran para postulan di stasi mereka.

Baca juga  Safari Panggilan Fakultas Filsafat St. Thomas Sumatera Utara

Selama satu bulan, para postulan telah hidup dalam situasi yang sulit, seperti keterbatasan air, kekurangan bahan-bahan makanan, dan cuaca yang ekstrem. Semuanya itu telah menjadi sumber pengalaman hidup yang berharga serta menempah para postulan untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh.

Out of the box. Berani keluar dari zona nyaman. Inilah prinsip yang telah dimaknai para postulan setelah selesai melaksanakan immersion. “Masih ada yang lebih susah dari kita, tetapi mereka mampu bertahan hidup, bergembira, dan bersyukur kepada Tuhan”, kata Gain Sinaga, seorang postulan.

Pada tanggal 30 Mei, para postulan harus kembali ke Nagahuta. Beberapa umat turut serta mengantar kepergian mereka. Umat setempat merasa sedih harus berpisah dengan para postulan. Pengalaman immersion ini menjadi momen terindah yang takkan terlupakan. Para postulan telah belajar untuk menghargai hidup dan memaknai sebuah perjuangan yang besar. Nikodemus Sihaloho

Facebook Comments

Leave a Reply