Gereja Katolik Stasi St. Paulus Kacaribu – Paroki SPP Kabanjahe
Ibadah Minggu (7/12/2014) di Stasi St. Paulus Kacaribu diwarnai abu vulkanik di sekitar halaman gereja. Gunung Sinabung, pagi itu, kembali ‘batuk’ dan menebar debu putih di desa Kacaribu, Kabupaten Karo. “Saat terbangun pagi, kami sudah mendapati abu vulkanik gunung Sinabung,” ucap Ketua Dewan Pimpinan Stasi (DPS) St. Paulus Kacaribu, Adil Purba kepada Menjemaat yang berkesempatan meliput untuk kolom ‘Pesona Gereja’.
Gereja Katolik St. Paulus Stasi Kacaribu, merupakan bagian dari Paroki Santo Petrus Paulus – Kabanjahe, didirikan pada tahun 1964. “Pada masa itu, penginjilan di desa kami diawali oleh Pastor Brans. Beliau didampingi tokoh awam Katolik, Paulus Suruhen Ginting. Itulah sebabnya, nama santo pelindung gereja stasi ini terinspirasi dari nama bapak PS Ginting,” ujar Purba menceritakan kisah awal stasi tersebut.
Penyebaran Katolik semakin besar di masa misionaris Pastor Lisi (RP Licinius Fasol OFM Cap), pada tahun 1970-an. Semangatnya bersama umat turut menarik perhatian penduduk desa Kacaribu untuk mengenal dan memeluk agama Katolik. Pastor Lisi merupakan misionaris (sejak tahun 1970-an) yang sangat akrab dikenal umat setempat.
Setelah Gereja dibangun dibangun pada tahun 1964, prakarsa untuk merenovasi gedung yang lama muncul pada tahun 2006. Saat itu, Pastor Leo Joosten tak henti-hentinya memberi motivasi agar panitia yang diketuai (alm.) Lima Kuta Girsang tetap semangat.
Semangat panitia dan partisipasi umat melahirkan keajaiban. Dalam tempo satu tahun, panitia dan umat berhasil mengumpulkan total 600 juta dana pembangunan yang dibutuhkan. “Padahal, panitia hanya mematok untuk mendapat Rp60 juta dari sumbangan umat. Sisanya didulang dari program galang dana dari kalangan perantau di Jakarta sebanyak 2 kali. Dan juga dari penggalangan dana yang dilakukan oleh Pastor Leo Joosten,” terang Purba.
Paksana Mikael Sinulingga, seksi Katakese di Stasi Kacaribu, mengatakan lancarnya proses pengumpulan dana juga berkat dukungan Bupati Karo pada masa itu, D.D. Sinulingga. “Kita patut bersyukur bahwa bapak D.D. Sinulingga tidak lupa pada kampung halamannya sendiri. Dukungan beliau yang memotivasi panitia dan umat untuk lekas membangun Gereja ini.”
Salah satu Ketua Lingkungan di Stasi Kacaribu, Matius Perangin-angin bahkan mengingat betul bagaimana reaksi Pastor Joosten ketika Gereja hampir rampung dibangun. “Pastor Joosten terkaget-kaget. Pada misa setahun lalu ia pernah berujar: “Sudah bisa lah kita pindahkan Gereja ini”, ternyata dalam satu tahun kemudian ia kembali memberi misa di tempat yang sama namun dengan kondisi gedung yang baru,” ujarnya.
Pembangunan Gereja yang Berkelanjutan
Pada 20 April 2008, Gereja Stasi St. Paulus Kacaribu akhirnya diresmikan oleh Uskup Agung Medan, Mgr. A.G.P. Datubara, OFMCap dan Bupati Karo, Drs. D.D. Sinulingga. “Seingat saya, Mgr. Datubara pada masa itu menjelang akhir jabatannya untuk menjadi Uskup Emeritus,” terang Sinulingga.
Walaupun telah merampungkan sebagian besar pembangunan fisik Gereja, namun Stasi Kacaribu tetap melakukan Pembangunan Gereja yang Berkelanjutan. Pius Tarigan, Seksi Liturgi di Stasi Kacaribu, menyampaikan bahwa umat baru saja menyelesaikan pembangunan menara di samping gereja Katolik Kacaribu. “Menara ini mulai dibangun tahun 2012 dan telah rampung menjelang akhir tahun 2014 ini,” ujar Pius.
Purba mengatakan, dana pembangunan menara tersebut turut dibantu oleh Duta Besar Indonesia untuk Finlandia & Estonia, Elias Ginting. “Sebagai salah seorang putra kampung kita, bapak Elias menyumbang Rp50 juta untuk membangun menara ini. Sementara setengah sisa dana yang dibutuhkan digalang oleh umat,” kata Purba menambahkan. “Pastor Cesarius Mau, Pr mendorong umat menggalang umat dengan pendekatan yang unik. Yakni membagikan celengan plastik berbentuk ayam bagi masing-masing KK. Pada hari penggalangan puncak, celengan tersebut dibuka bersama dan dikumpulkan untuk program pembangunan.”
Kini stasi Kacaribu tengah mempertimbangkan untuk membeli lonceng di menara Gereja. “Kami tidak ingin buru-buru membeli agar kiranya mendapat lonceng dengan kualitas gema yang baik dan luas jangkauannya,” kata Purba.
Bagaimana dengan pembangunan di tahun depan? “Pada Januari 2015, akan dilangsungkan pergantian pengurus. Kiranya pengurus baru dapat merampungkan rencana pembangunan berikutnya yaitu joglo pintu gereja, dan gua Maria tepat di samping gedung gereja. Serta menambah kursi untuk umat beribadah,” ujar Purba, di akhir perbincangan dengan Menjemaat.
(Ananta Bangun) | dimuat di majalah Menjemaat edisi Januari 2015