Sr. Maria Anna Samosir, KSSY: “Tuhan Hadir Dalam Setiap Doa”
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38)
Sebagai biarawati paling tua di Komunitas Hana Lansia KSSY, Sr. Maria Anna Samosir KSSY cukup populer di kalangan Suster Novis kongregasi tersebut. Terutama, ketika dirinya kerap dipapah suster muda untuk beribadah ke Gereja, daripada menumpang mobil. Kepada penerusnya, dia tak bosan menasehati agar mereka sungguh rajin berdoa.
Satu firman Tuhan yang paling dia sukai ada di nats Lukas 1:38. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Perkataan inilah yang selalu terngiang dalam hidupku,” ucap biarawati yang dikenal ramah dan senang tersenyum.
Suster Anna lahir di Samosir pada 13 Desember 1937. Putri ketiga dari sembilan bersaudara ini masuk biara pada 1952, dan mengikrarkan Kaul Kekal pada 1961. Ketika menamatkan pendidikan dasar, dia tertarik menjalani panggilan sebagai biarawati. Namun, keinginan tersebut tidak terwujud dengan mudah, karena kedua orang tua — yang bekerja sebagai pedagang pakaian — tidak merestui.
“Terutama bapak yang sangat akrab dengan saya. Dia selalu mengajak saya jalan-jalan, ke mana pun dia pergi,” tuturnya, seraya mengisahkan butuh tiga tahun untuk meyakinkan mereka.
Pada saat itu, dia memutuskan tidak melanjutkan ke jenjang Pendidikan Menengah Pertama, dengan tujuan agar ayah dan ibu mengizinkan dia masuk biara. Dan ini membuat ayahnya cemas. Hingga sang ayah pun diam-diam pergi menemui pastor paroki Samosir, agar membimbing anaknya masuk kongregasi suster. Ini semua dia lakukan agar putrinya bahagia. Saat itu, Anna baru mengetahui bahwa sang ayah sudah mengizinkannya menjadi suster. Lalu pastor paroki menawarkan beberapa kongregasi, di antaranya: di Malang dan Medan (KSSY). Dengan spontan dan semangat dia menjawab, “Yang di Medan saja, Pastor.”
Setelah kembali ke rumah, dia begitu senang dan langsung menemui keluarganya. Dia pun lekas berkemas, karena keesokan harinya akan berangkat ke Medan. Saat mengepak pakaian, sang ayah bertanya, “Apakah kamu sudah punya stok baju?” “Yang ada itu aja lah, Pak,” jawab Anna. Lalu, ayahnya segera mengeluarkan pakaian dagangan, untuk diberikan kepada putri terkasih.
Maka, keesokan harinya, Suster Anna berangkat ke Medan, dan diantar oleh Pastor Paroki dan ayahnya. Sementara Ibunya pun menangis sedih, karena tidak dapat menahan keinginan putrinya menjadi seorang suster.
Berdoa & Mengandalkan Tuhan
Sr. Anna sudah menjalani pendidikan keperawatan di STIKES Elisabeth pada tahun 1958 selama tiga tahun. Bahkan sebelum mengikrarkan Kaul Kekal. Tamat dari situ, dia diutus Kongregasi, untuk melanjutkan pendidikan kebidanan di Palembang, selama tiga tahun.
Pada hari kelulusan di Palembang, Propinsial KSSY, Sr. Melkhiada Blom langsung menugaskannya ke Poliklinik Sta. Martina – Sidikalang. Di kota kopi tersebut, Sr. Anna mendapat tugas agar menuntaskan perizinan balai kesehatan, serta menjadi salah satu petugas medis.
Awalnya, dia merasa cemas akan tugas perutusan tersebut. Namun, dia selalu menghayati firman Allah di Lukas 1:38 . “Saya selalu berdoa dan mengandalkan Tuhan dalam setiap perjalanan dan perutusan. Sehingga sepanjang perjalanan panggilannya, saya tidak pernah putus asa,” katanya.
Dengan penuh kesabaran, Sr. Anna mengurus izin praktek poliklinik tersebut dari sejumlah instansi. Walaupun harus bolak-balik selama tiga tahun, akhirnya izin praktik keluar dan sejumlah peralatan yang sempat disita akhirnya berhasil dikembalikan.
Selama masa perjuangan itu, dia merasakan kehadiran Tuhan lewat saudari sekomunitas yang memahami dan selalu mendukung dirinya. Demikian juga saat bertugas, dia tidak pernah mengalami kegagalan ketika mengobati orang ataupun membantu persalinan.
“Walau tugasnya berkenaan dengan nyawa, seperti dalam persalinan, saya tetap yakin Tuhan selalu menolong. Satu rahasianya, sebelum mengawali pekerjaan, saya selalu berdoa kepada Bunda Maria,” ucapnya.
(Penulis: Sr. Canro Nainggolan, KSSY & Sr. Lediana Lihadia Bora, KSSY | Editor: Ananta Bangun)