NEWS

Uskup Agung Petrus Turang Berpulang dalam Damai: “Berkeliling Sambil Berbuat Baik”

Loading

Keuskupan Agung Kupang dan seluruh umat Katolik di Indonesia tengah berduka atas wafatnya Mgr. Petrus Turang, Uskup Agung Emeritus Kupang, yang berpulang ke rumah Bapa pada Jumat, 4 April 2025, dalam usia 78 tahun. Uskup yang dikenal sederhana, rendah hati, dan penuh dedikasi ini menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan setelah beberapa waktu mengalami penurunan kesehatan.

Mgr. Petrus Turang dikenal luas sebagai sosok gembala yang “berkeliling sambil berbuat baik”, sebagaimana motto episkopalnya: Pertransiit Benefaciendo (Kis. 10:38). Motto ini bukan hanya semboyan, tetapi benar-benar menjadi cara hidupnya selama menggembalakan umat di tanah Timor dan sekitarnya.

Uskup Turang lahir di Tataaran, Kabupaten Minahasa, di Sulawesi Utara. Ia menjalani pendidikan di Seminari Menengah Kakaskasen, Tomohon. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Seminari Tinggi Pineleng hingga lulus pada tahun 1975. Pada tahun 1979, ia menyelesaikan perkuliahan di Roma dengan mengambil lisensiat pada Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Kepausan Gregoriana.[2]

Ia ditahbiskan menjadi imam pada 18 Desember 1974, dan pada 1997 diangkat menjadi Uskup Agung Kupang oleh Paus Yohanes Paulus II. Selama 27 tahun ia memimpin Keuskupan Agung Kupang dengan semangat pelayanan yang tidak pernah padam.

Tak hanya di Kupang, Mgr. Petrus juga berkiprah di tingkat nasional. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Komunikasi Sosial KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), dan aktif dalam membangun jaringan komunikasi Katolik di seluruh Indonesia.

Kunjungan Presiden Prabowo Subianto

Duka atas kepergian Mgr. Petrus tak hanya datang dari kalangan Gereja. Bahkan, Presiden RI  Prabowo Subianto, turut hadir melayat jenazah beliau ke Katedral, Jakarta Pusat, tempat jenazah mendiang disemayamkan (4/4/2025). Dalam pernyataannya, Prabowo menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan menyebut Mgr. Petrus sebagai “tokoh spiritual yang telah memberi keteladanan luar biasa.”

“Beliau adalah sosok yang tulus dalam pelayanan, sederhana dalam hidup, dan tegas dalam prinsip. Kehilangannya adalah duka untuk seluruh bangsa,” ujar Prabowo saat memberi penghormatan.

Pewarta Damai dan Penggerak Dialog

Semasa hidupnya, Mgr. Petrus Turang dikenal sebagai gembala yang membuka ruang dialog antarumat beragama dan peduli pada kaum kecil. Ia sering terlihat hadir di kampung-kampung, memimpin misa, atau sekadar menyapa umat. Bagi banyak orang, senyumnya adalah berkat dan kehadirannya membawa damai.

“Bapa Uskup tidak suka ribut-ribut, tapi teguh dan jelas dalam bersuara untuk kebaikan bersama,” kenang seorang imam muda di Keuskupan Kupang.

Selamat Jalan, Gembala Kami

Jenazah Mgr. Petrus disemayamkan di Kapela Keuskupan sebelum dimakamkan di kompleks Gereja Katedral Kristus Raja Kupang. Umat berbondong-bondong datang memberi penghormatan terakhir, membawa bunga, lilin, dan doa.

Kepergian beliau meninggalkan duka, namun juga warisan besar: warisan ketulusan, kesetiaan dalam pelayanan, dan semangat berbuat baik tanpa pamrih.

Jenazah Mgr Petrus Turang tiba di Kupang pada Sabtu, 5 April 2025, dan disemayamkan di Gereja Katedral Kristus Raja Kupang hingga hari pemakaman.

Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang, Monsinyur Petrus Turang, akan dimakamkan pada Selasa, 8 April 2025, pukul 09.00 WITA di Gereja Kristus Raja Katedral Kupang. ​

Terima kasih, Mgr. Petrus. Engkau telah berkeliling dan berbuat baik. Kini beristirahatlah dalam damai Tuhan yang kau layani dengan setia. 

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *