Pesta Sebagai Simbol Saling Menghargai
Kita mengundang orang, atau sebaliknya orang mengundang kita, untuk menghadiri sebuah pesta, KARENA MENGHARGAI. Kita menghargai orang itu atau orang itu menghargai kita. Penghargaan yang timbal-balik. Tempat yang pantas, makanan pesta, hadir pada waktunya, pakaian yang ‘pantas’ adalah bentuk nyata dari laku penghargaan itu. Penghargaan satu dengan yang lain akan terjadi juga saat kita berkumpul bersama, tuan pesta dengan para undangan. Kita berjumpa satu sama dalam satu momemtum sebagai saudara dan saudari. Etika dan kepantasan, (anda bebas menerjemahkan) sesuai konteksmu), itu PERLU sebagai bagian dari tata-kromo.
Perjamuaan surgawi, sebagai gambaran keadaan Kerajaan Allah, merupakan bentuk tawaran keselelamatan Allah. ”Sesungguhnya hidanganku telah kusediakan , lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuaan kawin itu.” Semua orang berkenan di hadapan-Nya. “Perjamuan kawin telah tersedia , tetapi orang yang diundang tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang kamu jumpa disana ke perjamuaan kawin itu.” Pembaharuan diri atau pertobatan membuat kita semakin berkeknan di hadapanNya. “Hai saudara , bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?” Kesempatan bertobat dan membaharui diri selalu diberikan oleh Allah. Kalau kita tidak menghiraukan, maka ada dampaknya. “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu dalam kegelapan yang paling gelap, disana akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Saudara dan saudari! Tidak ada yang tahu tentang keadaan surga, kecuali TUHAN KITA YESUS KRISTUS. Gambaran tentang surga, kita hanya bisa mengikuti melalui gambaran dari Kitab Yesaya, dan Injil Yesus Kristus menurut Matius yang diperdengarkan pada hari Minggu ini. Di sana ada sukacita, ada kebersamaan, sebagai saudara dan saudari yang mengelilingi meja perjamuan dengan Tuhan Allah sebagai Bapa, dan Pemimpin, dan Yesus Kristus sebagai saudara. “Pada waktu itu orang akan berkata , “Sesungguhnya , inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan supaya kita diselamatkan.” Sukacita dan kebahagiaan bersama sebagai saudara-dan saudari, selama-lamnya. Saling menghargai satu dengan yang lain sebagai saudara dan saudari. Sukacita surgawi yang kita anut tidak untuk menina-bobokan dan membodohi orang dengan janji-janji kenikmatan yang seperti pesta seks, kawin dengan bidadari dll, sebagaimana tersebar di halaman medsos di Indonesia. Pemahaman yang demikian orientasinya kenikmatan individual, dan tidak sebagai saudara dan saudari yang memanggil Allah sebagai satu Bapa.
Kita semua mengagungkan dan menghormati Allah yang satu dan sama. Bagi gereja, Allah yang kita Imani dalam diri Yesus kristus, sangat menghargai dan mencintai kita. Ia mengharapkan agar kasihNya kepada kita berlangsung sampai kepada kebahagiaan abadi, yang dilambangkan dengan MEJA PERJAMUAN ABADI. Disana kita tenang dan jauh dari keprihatinan, sebagaimana dikatakan Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu, menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.”
Saudaraku….dari meja atau balai-balai kerbersamaan di rumah kita masing-masing, dari meja Sabda, meja Ekaristi di gereja, kita menuju kepada MEJA PERJAMUAN SURGAWI. Mari kita saling menghargai satu dengan yang lain. Bagi kita MENGHARGAI adalah: ekspresi dari iman, yang berkualitas dan dewasa. Kita membiasakan diri dengan sikap saling menghargai itu mulai dari rumah dan komunitas kita masing-masing, dan mengembangkanya lebih luas kepada sesama kita. KITA BELAJAR BAGAIMANA BERLAKU PANTAS TERHADAP SESAMA, KAPAN DAN DIMANA SAJA. Pakaian pesta itu simbol penghargaan timbal-balik. Allah-Manusia; Manusia – Allah; Manusia-manusia. “Sebab banyak orang yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” (Hari Minggu Biasa yang ke 28-2020)
*RP Hubert OSC