Romo Magnis: Komunikasi Uskup, Pastor dengan Tokoh Muslim Sungguh Penting
komsoskam.com – Pematangsiantar, Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas dan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) St. Yohanes Pematangsiantar, Sabtu, 07 Maret 2020, menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Insani Filosofis, Pancasilais dan Kristiani”. Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, seorang imam dari Serikat Jesuit menjadi narasumber dalam acara ini. Sementara moderator adalah P. Aleksander Nau Nunu, Lic. Phil.
Oleh karena yang menjadi tema dalam seminar tersebut ialah visi Fakultas Filsafat, maka yang hadir juga ialah para mahasiswa-mahasiswi dari fakultas tersebut dengan beberapa para pembina dari rumah pembinaan para calon imam yang berada di Pematangsiantar. Dengan tema yang demikian, maka seminar yang dinarasumberi oleh seorang tokoh yang ahli dalam Pancasila, Filsafat dan Agama Katolik tersebut bertujuan memantapkan kesadaran para mahasiswa-mahasiswa dan juga para staf yang terlibat di dalamnya tentang visi dari Fakultas Filsafat Universitas Katolik Santo Thomas.
Di antara banyaknya hal penting yang dipaparkan, Romo Franz menyebutkan betapa pentingnya membangun relasi di antara umat beragama. Relasi tersebut akan membantu dalam meningkatkan semangat toleransi terhadap yang berbeda agama. “Para Uskup atau pastor mesti berani menjalin komunikasi dengan para tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam agama Islam. Tanya bagaimana pendapat mereka tentang kita. Isi pembicaraan tidak begitu penting. Yang penting itu hubungannya”, demikian kata romo yang kelahiran Polandia tersebut.
Beliau menceritakan pengalamannya tentang manfaat hubungan yang terjadi dengan umat Muslim. “Sudah banyak umat, tetapi juga sudah banyak Uskup yang memiliki hubungan pribadi dengan NU dan Muhammadyah yang baik. Paskah dan Natal malam banyak gereja yang dijaga oleh banser dari NU”. Relasi yang terjalin dengan umat beragama lain membuat satu dengan yang lainnya saling menjamin kenyamanan dalam beribadat.
Selain mengatakan betapa pentingnya menjalin relasi dengan umat beragama lain, secara khusus kepada umat Muslim, Romo Magnis juga mengatakan bahwa kehadiaran orang Katolik harus menjadi rahmat bagi sesama. “Mengutip dari Alqur’an, kehadiran kita sebagai pengikut Kristus menjadi rahmat bagi semua.” Selain menjadi rahmat, orang Katolik juga harus menjadi sesuatu yang positif dan mendukung bagi sesuatu yang baik. “Dengan demikian orang akan sampai pada prasangka kok baik orang Kristen itu” kata beliau.
Romo Magnis mengingatkan para peserta seminar tentang universalitas karya Roh Allah. Beliau mengatakan, dengan mengutip dokumen Nostra Aetate nomor 2, bahwa Roh Allah juga berkarya dalam diri orang di luar Gereja. Dengan mengatakan demikian, romo Franz mengajak bahwa orang Katolik jangan segan-segan untuk menimba hal yang baik dari orang yang beragama lain. “Bukan hanya mereka yang harus belajar dari kita. Tapi kita pun harus belajar yang baik dari mereka”.
Seusai pemaparan dari beliau, banyak mahasiswa yang mengajukan pertanyaan kepadanya. Dan di sesi-sesi terakhir, Dekan Fakultas Filsafat, Dr. Gonti Simanullang, memberikan cinderamata berupa ulos kepada narasumber yang diikuti dengan umpasa Batak Toba. Dekan mengucapkan banyak terima kasih atas pemaparan yang diberikan oleh Romo Franz dan berharap kiranya pemarapan tersebut tersimpan dalam hati dan membuahkan pribadi yang filosofis, Pancasilais dan Kristiani. Seminar berakhir dengan makan siang bersama dan para dosen dari Fakultas Filsafat berfoto bersama dengan Romo Franz.
(Dedy Padang/ Seminari Tinggi St. Petrus, Pematangsiantar)