Resensi Buku | “DOA SANG KATAK ?” Loh Emang bisa ?
Doa Sang Katak 1
===
Sudah 3 tahun buku ini ada dalam rak buku. Selalu menarik untuk menyimak cerita-cerita di dalamnya. Ya.. Ini buku lama juga. Penulisnya telah meninggal dunia pada 1987 silam. Namun lewat karya-karya tulisannya, sumbangan ide dan gagasannya tetap bermakna untuk kita pahami dan renungkan dewasa ini.
Buku ini ditulis oleh Anthoni the Mello SJ, salah satu Imam dari India yang dikenal sebagai penulis rohani teranyar di jamannya. Ia lahir 4 September 1931, di Bombay, India – dan meninggal pada 2 Juni 1987.
Dalam bahasa Inggris buku tersebut berjudul “The Prayer of the Frog”. Kemudian dalam terjemahan Bahasa Indonesia oleh Penerbit Kasius menjadi “Doa Sang Katak” yang terbit pertama kali tahun 1990.
Apa yang menarik dari buku ini? Bagi saya dari judulnya saja sudah menarik. Bagaimana mungkin coba sang katak bisa berdoa? Lalu apa isi doa katak tersebut? Apakah mungkin mirip atau sama dengan doa-doa kita di zaman now? Apa sebenarnya isi buku ini?
Untuk bersama menemukan jawabannya, saya akan mengutip salah satu cerita dari buku tersebut. (Hal. 3- Doa Sang Katak)
=============
DOA
Ketika Bruder Bruno pada suatau malam sedang berdoa. Ia diganggu oleh koak seekor katak raksasa. Semua usahanya untuk mengabaikan suara itu tidak berhasil, maka ia berteriak dari jendela: “ Diam! Aku sedang berdoa.”
Bruder Bruno itu seorang Santo, maka perintahnya segera dipatuhi. Setiap mahluk hidup menahan suaranya untuk menciptakan suasana diam yang menguntungkan bagi doa.
Tetapi kini suara lain menggangu ibadat Sang Bruder, suara dari dalam yang berkata:
“Mungkin Tuhan sama senangnya dengan koakan katak tadi daripada nyanyian mazmur-mazmur”. Apa yang dapat berkenan pada Tuhan dari teriakan katak?
Itu tanggapan Bruno menghina. Tetapi suara mendesak, tidak mau diam:
“Mengapa kamu berpikir bahwa Tuhan menemukan suara?”
Bruno memutuskan mau menemukan apa sebabnya. Ia mengeluarkan tubuhnya dari jendela dan memerintahkan:
“Nyanyi! Katak raksasa mengoak berirama memenuhi alam, diiringi oleh suara main-main katak-katak di sekitarnya.
Dan ketika Bruder mendengarkan suara itu dengan penuh perhatian, koakan katak tidak lagi menggangu, karena ia menemukan bahwa kalau ia berhenti menolak suara-suara itu, nyatanya suara-suara itu memperkaya keheningan malam.
“Dengan penemuan itu hati Bruno menjadi selaras dengan alam semesta: Untuk pertama kali dalam hidupnya ia mengerti apa itu artinya berdoa.”
============
Nah begitulah salah satu cuplikan cerita yang dimuat dalam buku ini. Ada ratusan cerita menarik lainnya yang bisa membantu kita untuk menilai dan memahami realitas hidup sekitar kita.
Dengan cerita-cerita singkat tersebut, Anthoni de Mello mau mengajak kita untuk mengingat dan mengenang peristiwa-peristiwa dalam hidup keseharian kita sembari memetik makna dan mensyukuri penyelenggaraan Ilahi dalam cerita hidup kita.
Sudahkah Anda membacanya? Silahkan berbagi komentar ya. (ST)