REVIEWS

Resensi Buku | Bercerita Dengan Data

Loading

Komsoskam.com -Medan, Setiap profesi yang bergelut dengan data, umumnya bakal menghadapi satu tantangan lumayan berat: bagaimana menyampaikannya dengan baik kepada khalayak? Terutama, bagaimana hasil data ini bisa menggerakkan publik yang paling disasar?

Cole Nussbaumer Knaflic, analis data profesional, menjawab tantangan tersebut dalam bukunya “Bercerita Dengan Data”. Di dalamnya analis emeritus di Google ini memaparkan, kesulitan ini muncul karena minimnya kebiasaan bercerita dengan data. “Di sekolah, kita belajar bahasa dan matematika. Dari pelajaran bahasa, kita belajar bagaimana menggabungkan kata menjadi kalimat hingga cerita. Melalui matematika, kita dapat bernalar dengan angka. Namun, sangat jarang kedua bidang ini berpasangan: tidak ada yang mengajari kita bagaimana bercerita dengan angka. Sangat sedikit orang yang dapat menguasai bidang ini,” tutur Cole.

Situasi semakin runyam, ketika banyak insan sekedar mengandalkan peranti teknologi memasukkan data ke dalam aplikasi grafik. Padahal, Cole mengingatkan, menurut sejarahnya, membuat grafik adalah keahlian yang dikhususkan untuk ilmuwan atau profesi teknisi tinggi lainnya. “Untuk banyak orang, proses visualisasi data berakhir di tahapan ini. Situasi ini membuat cerita Anda tidak berkesan, atau lebih buruk — sulit atau mustahil dimengerti. Ada cerita dalam data Anda. Namun, aplikasi grafik Anda tidak mengetahui ceritanya. Hanya Anda — analis atau komunikator informasi — yang dapat membawa cerita Anda bernyawa secara visual dan kontekstual,” terang Cole mengenai fokus dalam buku ini.

Baca juga  Petuah Sukses & Bahagia a la Les Giblin

Cole menjelaskan, upaya penyajian data hendaknya diawali analisis eksplanatoris (mengolah waktu data menjadi informasi yang dapat dikonsumsi oleh khalayak), alih-alih analisis eksploratoris (hanya menampilkan data). Gebrakan ini tentu memudahkan audiens tatkala menyerap intisari informasi/ pesan yang akan disampaikan.

Dia juga memberi saran, agar bijak memanfaatkan tabel dari olahan data. “(Sebab) khalayak membaca datanya, Anda akan kehilangan perhatian mereka. Ketika Anda hendak menggunakan tabel di presentasi atau laporan, tanyakan ini pada diri Anda: Apa poin yang ingin saya sampaikan?” Menurutnya, amat baik jika memasukkan tabel di lampiran dan tautan atau referensi yang menjawab kebutuhan khalayak.

Sebagaimana judul dalam buku ini, Cole mendorong kiat bercerita untuk memaparkan data tersebut. Terutama bila tujuan utama adalah mewariskan pesan yang mengena dan menggerakkan orang banyak. “Cerita adalah keajaiban. Dia memiliki kemampuan untuk menawan kita, dan menempel pada kita dengan cara yang data sendiri tidak dapat lakukan. Mereka memberikan struktur. Mengapa tidak Anda manfaatkan potensi ini untuk membangun komunikasi?” pungkas Cole.

 

(Eva Barus)

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply