Hukum yang Utama, MENGASIHI !
RENUNGAN KATOLIK HARI INI | RABU 18 MARET 2020|
St. Eulogius dan Leokita. Yer 18:18-20; Mzm 31:5-6,14.15-16;17b;
Mat.20:17-26 Warna Liturgi Ungu
=====
Hukum Taurat itu adalah kitab yang ditulis Musa, yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan; dan sering disebut juga sebagai kitab Taurat Musa.
Sebuah masyarakat membutuhkan tatanan, yang mengatur bagaimana relasi dengan Sang Pencipta maupun dengan sesama warga agar tetap dapat harmonis. Demikian pula, dengan hadirnya hukum taurat — Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan — tentunya juga dalam rangka membangun relasi antara manusia dengan Tuhan; dan manusia dengan manusia lainnya. Di dalamnya diatur bagaimana hendaknya manusia menyembah Allah, menguduskan hari Tuhan, hormat pada orang tua, hormat akan milik orang lain, dan sebagainya. Hukum taurat yang terdapat dalam kitab perjanjian lama tersebut, harapannya akan memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu agar tidak melawan Allah dengan berbuat dosa. Intinya, hukum taurat itu sejatinya baik adanya.
Maka Yesus berkata, tidak akan meniadakan satu titikpun dari hukum taurat melainkan ingin menggenapinya. Penggenapan yang dimaksud Yesus, yaitu bahwa segala sikap dan perbuatan dalam melaksanakan hukum taurat itu dasarnya adalah kasih. Bukan sekedar pamer kesalehan, atau pandai dalam hal pengajaran hukum taurat, namun tidak mampu melaksanakannya. Bahkan Yesus tidak menekankan balas dendam, misal mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Sekali lagi bagi Yesus hukum paling penting, yakni mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti diri sendiri, serta mendoakan musuh. Itulah hukum kasih sebagai penggenapan hukum taurat.
Maka, Yesus sering kali mengecam orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka dianggap sebagai orang-orang munafik karena antara perkataannya tidak selaras dengan perbuatannya. Namun mereka tidak menjadi sadar, malahan sering kali berusaha memancing dan mencari-cari kesalahan Yesus. Apalagi ketika Yesus mengadakan perbuatan baik dengan menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, kepada perempuan yang delapan belas tahun diikat iblis, dan juga orang yang mati sebelah kanannya. Namun Yesus akhirnya dianggap sebagai ancaman, karena banyak pengikut-Nya.
Kita harus waspada dan tidak membiarkan diri kita seperti ahli taurat ataupun orang farisi yang suka berdebat ataupun seolah-olah menjaga hukum taurat seperti benda pusaka yang tak tersentuh, namun tidak menjadikan diri kita sebagai pelaksana hukum Tuhan. Kita mesti mewujudnyatakan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Hendaklah kita pula semakin mampu menjadi pelaku-pelaku sabda Tuhan yang bertanggung jawab. Dengan demikian, kita akan diperkenankan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.