Mengapa Mei Disebut Bulan Maria? Pastor Richard Sinaga Beri Paparan Menarik
Komsoskam.com – Pematangsiantar – Memasuki bulan Mei, umat paroki St. Laurentius Brindisi, Jalan Sibolga, Pematangsiantar menggali pemahaman lebih untuk mengenal dan menghormati Bunda Maria- Bunda Allah. Pastor Richard Sinaga tampil memberikan penjelasan yang ringkas, dan mengena di hati. “Dogma Maria Bunda Allah (theotokos) ditetapkan dalam Konsili Efesus tahun 431. Ini adalah dogma dan iman Gereja. Maria benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Kristus, Putra Allah” kata RP Richard Sinaga mengawalinya pada sermon 05 Mei 2019 kepada Pengurus Gereja St. Laurentius. Acara digelar di aula Paroki yang dihadiri sekitar 100 orang, terdiri dari DPPH, DPL, Seksi, Bagian, LBH, Kelompok Parokial dan Non Parokial.
Lebih lanjut, dosen dogmatik ini menjelaskan bahwa penghormatan umat Katolik kepada Bunda Maria mendapat tempat istimewa. Gereja menetapkan 4 dogma tentang Maria, yakni (1) Maria Bunda Allah (theotokos) Konsili Efesus tahun 431; (2) Maria tetap Perawan (Konsili Konstantinopel II Tahun 553, Konsili Lateran Tahun 649, dan ada Konsili Konstantinopel III tahun 681); (3) Maria dikandung tanpa noda asal tahun 1854 oleh Paus Pius IX; (4) dan Maria diangkat ke surga tahun 1950 oleh Paus Pius XII.
“Maria tidak menggantikan peran Yesus sebagai pengantara. Pengantara satu-satunya adalah Yesus. Justru kita bersama Bunda Maria merenungkan misteri keselamatan yang terjadi dalam diri Yesus. Ad Jesum Per Mariam, melalui Bunda Maria kita sampai kepada Yesus. Dasar penghormatan umat Katolik kepada Bunda Maria adalah, karena Tuhan telah terlebih dahulu memilihnya sebagai Bunda Allah; sebab Kristus yang dikandung dan dilahirkannya adalah Allah”, kata RP Richard Sinaga.
Ada dua bulan yang dikhususkan kepada Bunda Maria, yakni Mei dan Oktober setiap tahun. Dengan devosi itu jemaat atau pribadi-pribadi mengungkapkan hormat dan cinta kepada Bunda Maria. Bulan Mei disebut Bulan Maria. Di Eropa Mei merupakan musim semi adalah permulaan kehidupan. Maria adalah Hawa yang baru, Bunda seluruh orang-orang hidup (Kej 3:20). Selanjutnya, Paus Paulus VI menetapkannya dalam ensiklik The Month of Mary, 29 April 1965, yakni Maria Bunda Allah.
Sedangkan Bulan Rosario adalah bulan Oktober. Terjadi pertempuran di Lepanto pada tahun 1571 antara negara Eropah yang beragama Kristen melawan Ottoman (Turki) yang beragama Islam. Selama pertempuran berlangsung Raja Don Juan dari Austria mengajak rakyatnya berdoa rosario. Demikian juga pada 7 Oktober Paus Pius V bersama umat beriman berdoa. Meskipun jumlah pasukan Kristen lebih kecil, berkat bantuan Bunda Maria, berhasil mengalahkan pasukan Turki. Kemudian, Paus Leo XIII menetapkan Oktober sebagai Bulan Rosario Suci, dalam ensiklik Octobri Mense, 22 September 1891.
“Saya berharap melalui sermon ini para pengurus Gereja semakin memahami mengapa Gereja Katolik menghormati Bunda Maria. Kalau ada orang bertanya, dengan percaya diri para pengurus diharapkan mampu menjelaskan”. Lebih lanjut RP Richard menjelaskan bahwa doa rosario merupakan meditasi misteri keselamatan dalam Kristus bersama Bunda Maria. Kebiasaan ini sudah sejak awal kekristenan untuk mengulang-ulang doa untuk pembatinan dan peresapan makna. Ini bermula dari tradisi para rahib mendaraskan 150 Mazmur. Bagi yang tak terpelajar 150 Bapak Kami atau Salam Maria. Kemudian 150 dibagi tiga, masing-masing 50. Salam Maria lebih didaras karena devosi kepada Maria lebih populer.
Doa Rosario adalah salah satu doa Kristiani yang sangat Injili, yang intinya adalah renungan tentang Kristus. Sebagai doa Injil, Rosario dipusatkan pada misteri inkarnasi yang menyelamatkan, dan memiliki orientasi Kristologis yang mudah dimengerti. Ad Jesum Per Mariam. Ungkapan ini merupakan prinsip dasar dan pedoman utama untuk suatu devosi Marial yang benar. Demikian seluruh rangkaian sermon berakhir, sekaligus RP Richard Sinaga menutup dengan doa dan berkat.
*Berita ini juga dimuat dalam Menjemaat edisi Juni 2019* (Dobes Tamba)