KHOTBAH

Kotbah Minggu 17 Agustus 2025 | Memaknai Kemerdekaan

Gambar Siapakah dalam Tulisan ini ?  Memaknai Kemerdekaan

Sir 10:1-8; 1Ptr 2:13-17; Mat 22:15-21 /

Murid kaum Farisi bertanya tentang membayar pajak untuk menjerat Yesus. Bila menjawab ya Yesus dituduh berpihak pada orang Romawi. Hal itu akan menimbulkan kemarahan dari pihak bangsa Yahudi, yang dijajah oleh orang Romawi. Bila menjawab tidak, Yesus dianggap musuh orang Romawi. Yesus memakai kesempatan itu untuk menjelaskan hal yang jauh lebih penting. Yesus bertanya, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Yesus bertanya mengenai pemilik yang memiliki hak dan wenang. Pertanyaan ini lebih dari sekadar boleh atau tidak.

Dengan menegaskan agar memberikan kepada Allah yang menjadi hak Allah dan memberikan kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, Yesus tidak bermaksud untuk menyamakan kaisar dengan Allah, seakan-akan ada dua majikan. Ia mau menandaskan bahwa Allah ada di atas segala-galanya dan menghimbau manusia untuk menerima Kerajaan Allah yang kini hadir dalam diri-Nya serta mengakui Yesus sebagai Mesias yang datang untuk menegakkan Kerajaan Allah itu.

Menyerahkan kepada Allah apa yang dari Allah adalah tugas yang jauh lebih mendesak untuk menyambut Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus. Kerajaan Allah tidak bersaing dengan kerajaan kaisar. Keduanya adalah dua tatanan yang berbeda. Yesus hendak memerdekakan manusia dari belenggu dan perbudakan dan membukanya bagi kasih kepada Allah dan sesama.

Seorang guru agama hendak mengajarkan rahasia kemerdekaan bagi murid-muridnya. Katanya, “Burung bebas di udara. Jangan letakkan di air, sebab dia akan kehilangan kebebasannya. Ikan bebas di air. Jangan letakkan di pasir, sebab ikan itu akan mati. Setiap orang mesti tahu menempatkan dan memakai kebebasan agar ia sungguh-sungguh bebas. Namun, yang paling penting ialah manusia akan menemukan kebebasannya kalau ia benar-benar melakukan kehendak Allah.”

Dalam mengenang proklamasi kemerdekaan, kita perlu merenungkan nasihat Rasul Petrus, “Hiduplah sebagai orang merdeka, hiduplah sebagai hamba Allah.” Bersama dengan Yesus, Sang Penebus dan Pembebas, kita diundang untuk memproklamasikan diri kita sebagai insan yang merdeka, berdaulat dan bebas dari kuasa si jahat. Kita ditantang untuk menanggalkan kecenderungan hati kita menjadi budak nafsu dunia.

Dalam kisah tentang penciptaan manusia, Kitab Kejadian menuliskan, “Maka Allah berfirman, baiklah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa kita.” Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Dalam diri orang merdeka tertoreh dengan gamblang wajah Tuhan yang menciptakannya. Manusia bukanlah sekeping mata uang dinar dengan gambar dan tulisan kaisar. Orang merdeka adalah pantulan gambar dan rupa Allah. Dalam dirinya, orang merdeka membawa citra dan sifat Allah.

Pahlawan nasional, Mgr. Sugiyopranoto, berkata bahwa warga Gereja seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia. Kita tunduk kepada sistem pemerintahan dan mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan cita-cita luhur pendiri bangsa kita. Orang Katolik bukan sebuah pulau yang tak peduli dengan situasi di tengah masyarakat. Sebaliknya, oleh dorongan iman dan moralitas kita, kita mesti turut memberi dukungan dan partisipasi nyata dalam mengembangkan kemanusiaan yang makin menuju jati dirinya. Pengikut Kristus mesti tampil sebagai garam dan terang yang membarui dunia dari dalam dan memberi kesaksian hidup di tengah kegelapan yang kian mencekam demi terciptanya langit dan bumi yang baru. Amin.

 

*RP Frans S. Situmorang OFMCap

Dosen Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas Medan

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *