LEBIH BAIK BERBAKTI DARI PADA TIDAK SAMA SEKALI
Orang Kristen siapapun dia, dituntut MENGABDIKAN DIRI DEMI KEBAIKAN, biarpun peran dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya kecil dan sederhana. Gereja sebagai sebuah institusi, ditantang agar selalu membuka diri, sehingga semua orang boleh mengalami ‘angin segar’ PEMBAHARUAN DALAM HIDUPNYA. PERAN DAN KEBERADAANYA DIHARGAI TANPA MELIHAT BESARNYA SUMBANGAN, JABATAN DAN KEDUDUKANNYA DALAM MASYARAKAT, LATAR BELAKANG SOSIAL DAN PENDIDIKANNYA. Di mata Tuhan, kita semua sama. “Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu” Anda dan saya mungkin saja protes terhadap prinsip Tuhan itu; ‘ga bisa disamaratakan dengan main gaya borongan. Ocehan kita, sama dengan orang-orang yang masuk kerja lebih awal dalam perumpamaan cerita Injil hari Minggu ini. Saudaraku, persoalannya bukan pada jasa dan lamanya pengabdiaan, persoalan kita kadang, merasa hebat dan harus dilebihkan, ‘wong kami beda dengan mereka.’ “Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari” Dengan kata lain dia kecil kerjanya ga berarti, aku senior, yang awal meletakkan batu kebaikan ini, ‘ga sudi kalau disamakan.’ BAGI TUHAN LEBIH BAIK BERBAKTI DARI PADA TIDAK SAMA SEKALI. Rezeki dan kemurahan adalah urusan Tuhan. Yakinlah Tuhan lebih adil dan bijaksana dari manusia.
Prinsip Tuhan bahwa semua manusia mesti mengabdikan hidupnya untuk kebaikan diri dan sesamanya. Dengan kata lain orang tidak boleh menganggur. Tantangan yang kita hadapi ialah mental enak, malas, KKN (Korupsi, kolusi, dan nepotisme), dan birokrasi yang beberlit, serta berbagai tuntutan lain. “Kira-kira pukul 5 petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja disini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya “karena tidak ada orang yang mengupah kami,” Hal-hal inilah yang membuat orang terpaksa menganggur. Sisi lain Tuhan aktif memotivasi masing-masing pribadi agar membaktikan hidupnya. “Pergilah kamu ke kebun anggurKu” persoalannya apakan ‘aku’ terbuka terhadap motivasi dari Tuhan itu? Kadang EGO DAN KESOMBONGAN MEMBUAT KITA MERASA HINA MENGERJAKAN SESUATU ‘KEBAIKAN’, DENGAN MERASA TIDAK PANTAS. KITA MERASA LEBIH HEBAT DAN TIDAK PANTAS KARENA GELAR, PANGKAT, JABATAN, DAN PENGALAMAN. Kita mendudukan kebajikan yang dimiliki, seakan ‘menyerupai’ Tuhan. Tentu mustahil. “Seperti tingginya langit dari bumi, demikian pula jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu.”(Bac I) Semua jasa dan bakti patut dihargai, betapapun kecil dan sederhana karena di balik jasa dan perannya itu ada KEMANUSIAAN DAN IMANNYA. Kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang beriman selalu berpadanan dengan Injil kristus.(Bac II)
Saudara dan saudariku, mari kita mengabdikan diri dengan sukacita mulai dari melakukan pekerjaan sederhana, kecil, di rumah masing- masing. Yakinlah SUKACITA DAN TANGGUNG JAWAB MAKSIMAL TERHADAP HAL KECIL DAN SEDERHANA ITU AKAN MERAMBAT KE PEKERJAAN DAN TANGGUNG JAWAB YANG LEBIH BESAR DAN
BERAT. “Iri hatikah engkau karena Aku murah hati” (Hari Minggu Biasa yang ke 25 – 2020)