Kotbah Minggu 7 Juli 2025
Bersukacitalah Karena Namamu Terdaftar di Surga
Yes 66:10-14c; Gal 6:14-18; Luk 10:1-9/ Hari Minggu Biasa XIV
Selain kedua belas murid, Yesus juga mengutus tujuh puluh murid lain. Semua murid diikutsertakan mewartakan Kerajaan Allah. Yesus memberi petunjuk dengan teliti dan menegaskan bahwa perutusan itu beresiko, sulit dan penuh tantangan. Para murid diutus untuk menyembuhkan orang sakit, membawa damai, mewartakan Kerajaan Allah. Perutusan berdua-dua ingin menekankan pentingnya kebersamaan dan saling menolong. Para murid itu dilarang membawa apa pun. Mereka hanya mengandalkan Tuhan.
Kembali dari tugas perutusan, dengan gembira murid-murid bercerita. Mereka menyembuhkan orang sakit. Racun, kalajengking dan ular berbisa tidak mempan bahkan setan-setan pun takluk. Yesus mengamini pekerjaan mereka serentak mewanti- wanti, “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Namun, janganlah bersukacita karena roh- roh itu takluk kepadamu.” Para murid diingatkan supaya tetap rendah hati dan menjauhkan arogansi. Mereka sekedar membagikan kebaikan Allah saja. Yesus mengajak mereka melihat alasan sukacita yang lebih besar dan sejati, “Tetapi, bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga.”
Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya tinggal dalam pembuangan dan kegelapan. Dalam belas kasih-Nya terhadap Israel, Allah mengutus para nabi. Yesaya menyampaikan penghiburan dan menubuatkan kebebasan bagi umat Israel yang berada jauh di pembuangan. Keselamatan dari Allah akan dialirkan bagaikan sungai. Yerusalem, kota Allah, akan dibangun kembali. Warta itu menjadi sumber kegembiraan bagi umat Israel. Allah menghibur umat-Nya bagaikan seorang ibu yang menghibur anaknya. “Bersukacitalah, bersorak-sorailah dan bergiranglah,” kata Nabi Yesaya.
Pada tahun 1969 di Irlandia Utara, terjadi pertikaian hebat antara Protestan dan Katolik. Pertikaian itu memakan 1.700 korban. Pada tahun 1976 dua orang wanita (Mairead Corrigan, seorang Katolik yang kehilangan tiga anak, dan Betty Williams, seorang Protestan) memulai gerakan perdamaian yang membuat mereka jadi pemenang hadiah Nobel. “Jumlah orang yang tewas sudah menurun 54 persen. Kami memang belum membawa perdamaian di Irlandia Utara, tapi kami telah menciptakan iklim agar perdamaian dihormati,” kata kedua wanita itu.
Allah prihatin melihat kemalangan umat manusia. Ia mengutus Putera-Nya untuk mewujudkan janji keselamatan. Seperti para nabi zaman dulu dan semua murid Yesus, tak seorang pun dikecualikan dari tugas perutusan membawa warta gembira. Membawa keselamatan adalah tugas kita bersama. Kebahagiaan dan upah tertinggi yang bisa kita harapkan ialah ketika nama kita tercatat dalam buku kehidupan. Perutusan itu terkadang membawa kita pada salib. “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah serigala,” kata Yesus. Walau berat, tugas ini bisa menjadi ringan bila kita pikul bersama seraya tetap mengandalkan rahmat dan penyertaan Tuhan.
Dalam Ekaristi, kita menerima tubuh dan darah Kristus, utusan Allah yang melaksanakan janji keselamatan yang dinubuatkan para nabi. Kita ikut ambil bagian dalam tugas perutusan mewartakan Kerajaan Allah, keadilan, damai dan persaudaraan. Tugas itu menghantarkan kita kepada kebahagiaan sejati di surga, anugerah tertinggi yang diberikan! Amin.
RP Frans S. Situmorang OFMCap
Dosen Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas Medan