CINTA AKAN RUMAHMU MENGHANGUSKAN AKU
(Kel 20:1 -17, I Kor 1: 22-25, Yoh 2:13 -25)
Areal yang Yesus “bersihkan” di Bait Allah adalah areal publik. Kita tahu bahwa Bait Allah mempunyai tiga areal/ bagian: Maha Kudus tempat Tabut Perjanjian Allah (Dua Loh Batu, tertulis 10 Perintah Allah). Altar: tempat para imam mempersembahkan korban. Alun-alun (praza) tempat caritatif. Di alun-alun biasanya orang-orang miskin, kecil, sederhana, orang asing berkumpul, untuk mendapatkan bantuan. Juga tempat untuk menjual barang-barang yang akan digunakan untuk korban. Secara manusiawi bisa dimengerti, mengapa Yesus sangat marah?
Tempat yang seharusnya digunakan untuk kepentingan karitatif dan mempermudah orang untuk beribadat (kurban) justru dimanfaatkan untuk mencari untung yang sebesar-besarnya dengan cara menguras orang yang hendak menukarkan uangnya untuk membeli hewan kurban, terutama pengunjung-pengunjung dari luar kota, karena menjelang pesta. “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari bait Allah dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka di balik-Nya.”
Kejahatan tersebut, dilakukan di depan altar kudus, dan Tabut perjanjian Allah yang sebagai simbol kehadiran Allah sendiri. Dengan kata lain orang berani mempertontonkan kejahatan di hadapan Allahnya. “Ambil semuanya dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapaku menjadi tempat berjualan.” Bagi Yesus Allah harus dihormati, dikuduskan. Yesus rela mengorbankan-menghanguskan diri-Nya, dengan kata lain SALIB, demi membersihkan dan merombak segalanya. “Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikan kembali.” Keberanian berkorban yang prima inilah yang diwartakan Rasul Paulus. Kepada umat di Korintus dengan tegas Paulus mengatakan kami mewartakan kristus yang disalibkan bagi orang lain merupakan sesuatu yang tidak mempunyai makna tapi bagi itu sebuah kehormatan. “Tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”
Masa Pra paskah merupakan masa pembaharuan atau perombakan diri, agar menjadi baru. Biarlah tubuh dan hidup kita yang fana dan insani dibaharui oleh yang ilahi. Pertobatan yang diserukan Tuhan adalah pertobatan Total bukaan renovasi kecil-kecilan. Sepenggal kisah sederhana, dari seseorang ini kiranya memberikan gambaran tentangperombakan total. “Saat aku masih suka mabuk dan main judi, kepulanganku ke rumah menjadi momok dan neraka bagi istri dan anak-anakku. Mereka sangat ketakutan dengan kehadiranku, karena aku marah-marah dan “ringan tangan.” Setelah aku berjuang keras untuk berhenti mabuk dan judi, dengan kata lain bertobat, kepulanganku ke rumah menjadi sebuah kerinduan bagi istri dan anak-anak, dan kehadiranku mendatangkan kebahagiaan mereka.” The Ten Command alias sepuluh Perintah Allah dari Kitab Keluaran(Bac. I) merupakan cara Tuhan merombak umat-Nya, agar hidup mereka terarah, teratur, dan saling menghargai satu dengan yang lain. Sang Ilahi mengatur yang Insani. “Akulah Tuhan Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan,”
Saudaraku, Pertobatan terjadi kalau kita berani berkorban dan sungguh-sungguh mau merombak diri dan kehidupan. Mulai dari diri dan hidup kita masing-masing. Sisi lain mengatas namai Allah dan kesucianNya untuk menindas, menipu, manipulasi, dan mencari pembenaran diri merupakan tindakan menghina Allah. Mari kita membaharui diri masing-masing, tanda cinta kita kepada Tuhan. Biarlah diri dan rumah kita menjadi Bait Allah yang baru. “Cinta akan rumahMu menghanguskan Aku” (Hari Minggu III Pra Paskah – 2021)