Kapan Lagi Kami Bernyanyi dan Bersuka Bersama?
Aku berdiri di depan biara, Santa Cruz. Dulce dan adiknya Ana Maria, yang aktif di sekolah minggu atau sekolah bina iman, berdiri di pendopo luar, lantai dua rumahnya. Mereka adalah tetangga kami. Karena Covid 19 maka kami tak boleh keluar rumah. Di rumah saja atau “Fica Em Casa”, sesuai semboyan dari protokol kesehatan. Dulce bertanya dari rumahnya: “Pater kapan kami boleh bertemu dan bernyanyi bersama dengan teman-teman sekolah minggu di gereja”? “Ya Dulce pater juga rindu mendengar kalian bernyanyi dan menyaksikan kegembiraan anak-anak Sekolah Minggu,” tanggapku dari seberang. Dekat biara Santa Cruz, ada sebuah gereja stasi, dan biasanya frater-frater kami ‘membina’ anak-anak sekolah minggu, Dulce dan kawan-kawanya. Aku suka nonton aktivitas mereka; bernyanyi dan bermain bersama. Kegiatan-kegiatan itu total dihentikan saat pandemi covid 19, semenjak Maret 2020.
Pertanyaan Dulce, yang mungkin saja sedang mewakili jutaan anak-anak sekolah minggu di dunia ini. Pertanyaannya spontan dan lugu, mendatangkan empati dan mengusik nurani kita. Kapan mereka BISA BERTEMU DAN BERSUKACITA BERSAMA? Bernyanyi dan aktivitas lain hanyalah sarana bagi anak-anak untuk bertemu dan bermain bersama. Disana ada sukacita, iman mereka bertumbuh dan berkembang. Anak-anak itu pasti bahagia karena masuk dalam dunianya, yakni: BERMAIN. Asyiknya BERMAIN BERSAMA dengan rekan-rekan sedawar.
Sekolah Minggu atau Sekolah Bina atau Minggu Gembira Iman merupakan jawaban atas kebutuhan iman anak-anak dalam konteks dunia mereka. BERMAIN BERSAMA. Ada perjumpaan dan sukacita. Bernyanyi, menari, kejar-kejaran, saling usil, dan menangis. Kegembiraan dan sukacita kini terhalang oleh pandemi covid 19. Apakah gereja akan mengarahkan anak-anak ini bermain bersama secara online? Yakinlah bahwa hal itu tak mendatangkan sukacita dan kegembiraan yang azali. Mereka jenuh; sudah biasa mereka bermain game, robot, dll. Mereka akan lebih suka keluar dari rumah, bertemu secara fisik, dan bermain bersama dengan teman-temannya.
Bagaimana gereja menyikapi kebutuhan iman generasi penerus ini? Satu hal yang pasti ruang bermain mereka harus betul-betul aman, nyaman, dan bebas covid 19. Kerjasama dengan orang tua amat penting demi menjalani rasa aman itu Alternatif seperti menyediakan kamar mandi yang aman, sehingga anak-anak itu mandi ganti pakayan, sebelum dan sesudah aktifitas sekolah minggu itu. Pasti repot dan ribet tapi ini demi masa depan gereja kita. Kapan kami bisa bertemu dan bermain bersama? Ini bukan sebuah pertanyaan retoris, tetapi pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
Hubert OSC