Hari Raya Pentekosta

Kis 2:1 -1, Gal 5:16-25, Yoh 15:26-27;16:12-15.
Lima Puluh hari sesudah Paskah, atau sepuluh hari sesudah kenaikan, gereja merayakan hari raya Pentekosta, sebagai hari turunnya Roh Kudus atas para rasul dan orang-orang yang percaya. Para Rasul dan orang-orang yang percaya pada saat itu berkumpul di Yerusalem. Bagi kita mereka itu sebagai representasi dari Gereja Kristus.
Pertanyaan untuk kita renungkan bersama. Kapan gereja sebagai sebuah lembaga, atau institusi lahir? Jawabannya ya PADA HARI PENTEKOSTA. Mengapa? Karena telah memenuhi beberapa persyaratan penting.
Gereja sebagai sebuah lembaga mempunyai UMAT/JEMAAT. Pada waktu itu tercatat beberapa ribu orang yang pecaya “Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa, di bawah kolong langit.”
Gereja sebagai sebuah lembaga mempunyai PEMIMPIN-PEMIMPIN DALAM HAL INI PARA RASUL. “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka memulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
Gereja sebagai lembaga perlu mempunyai MISI, yakni: merwartakan Kristus yang BANGKIT DAN HIDUP, SEBAGAI KARYA AGUNG ALLAH. “Kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, tentang karya-karya agung yang dilakukan Allah.” Hari Pentekosta kita merayakan juga sebagai hari ulang tahun gereja Kristus.
Saudara dan saudari. “Bahasa dan buah dari Roh Kudus” selalu mengarah kepada KEBAIKAN. Bahasa yang membuat orang bersemangat, tertarik untuk mendengar dan siap melakukan. Bahasa yang membuat orang saling mengerti, menerima satu dan lain, tidak merasa asing. Bahasa itu adalah bahasa KASIH. “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri.” Buah-buah Roh selalu mengarah kepada kesaksiaan Kristus sendiri. “Tetapi buah Roh ialah: cinta kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”
Gereja sebagai sebuah lembaga, mendapat bentuk yang paling nyata dan hidup yakni: KELUARGA, eclesia domestica. Kala bahasa Kasih dan buah-buah Roh itu hidup, bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga dan komunitas kita masing-masing maka seluruh gerak hidup kita telah dipengaruhi oleh kekudusan ALLAH TRITUNGGAL. Biarlah lidah api kasih menghiasi setiap pribadi dalam keluarga kita.
Kita merayakan Pentekosta berarti berkomitmen, dan siap menjadi SAKSI KEBAIKAN, Kata dan perbuatan, terutama bagi tetangga dan siapa saja. Kasih dan kebaikan yang tulus, tak berbatas dan bertepi. “Aku akan mengutus kepadamu penghibur yang berasal dati Bapa. Dialah Roh kebenaran.”