MESIAS HARUS MENDERITA DAN BANGKIT
Kis 3:13-15.17-19, I Yoh 2:1-5, Luk 24:35-48
Beberapa Pendamping Rekoleksi atau Retret, kadang menggunakan peristiwa perjalanan dua murid Yesus ke Emaus, sebagai bagian dari aktifitas rohani bagi para peserta. Peserta dihimbau agar berdua-dua berjalan, sambil berbincang-bincang, saling membagikan pengalaman iman. Dinamika yang menarik, bahwa peserta cenderung memilih teman akrabnya atau teman yang dirasa pas, sebagai patner dalam aktifitas Emaus itu. Pembicaraan mereka kadang meluas, bukan hanya pengalaman iman, bahkan nyerempet berbicara tentang orang lain, dan kelemahannya.
Perjalanan Emaus adalah sebuah perjalanan iman, perjalanan bersama kristus yang bangkit, dalam roh dan sebagai orang asing. Pada awalnya dua murid itu seperti kebiasaan umum lainnya, berbicara tentang orang lain. saat peristiwa “pemecahan roti” mereka menyadari bahwa itu Tuhan yang bangkit. peristiwa tersebut menjadi pengalaman iman paskah yang berharga dan dengan sukacita mereka membagikan kepada rekan-rekannya.” Kedua murid yang baru kembali dari Emaus menceriterakan segala sesuatu yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Yesus kembali ketika ia membagi-bagi roti.”
Pengalaman iman Paskah, bagi orang beriman merupakan rahmat yang harus kita syukuri. Apapun ceritanya kita merasa bahwa Tuhan hadir. Kadang bisa membuat kita kaget, terkejut, bahkan tidak yakin akan kehadiran-Nya. Saat keraguan iman menimpa kita, pada saat yang sama kita mulai mencari dalil-dalil untuk membenarkan keraguan itu. Dan pada saat yang sama pula Tuhan dengan caranya meyakinkan kita bahwa Dialah yang hadir dan menyertai kita. Realitas kita ini seperti yang digambarkan Petrus, dalam Kisah Para Rasul, “Namun saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin-pemimpinmu.”
Saudara dan saudari! Iman akan kebangkitan Tuhan bukanlah sesuatu yang instan alias langsung jadi. Ada proses mendengar, membaca, melihat, mengalami, membaharui hidup, dan percaya firman-Nya. “Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan didalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi Barang siapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah. Dengan itulah kita ketahui. Kita berada di dalam Kristus.” Firmannya itu adalah kasih. God is Love.
Kala kita mengalami kasih yang tulus dalam diri, keluarga, gereja dan masyarakat, hal tersebut menandakan bahwa kita sedang menyadari bahwa Tuhan menyertai kita. Kasih sebagai ekspresi kehadiran Tuhan perlu mendapat wujud nyata dan diwartakan dalam bentuk: kata, perbuatan, dan pertobatan atau pembaharuan hidup. “Lalu Ia membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: Ada tertulis demikian Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi dalam namanya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem, Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Hari Minggu III Paskah – 2021)