Graha Maria Annai Velangkanni Gelar Pemberkatan Taman Maranata
Medan – Rektor Graha Maria Annai Velangkanni, RP. James Bharataputra SJ, dan RP. Leo Joosten OFM Cap, Sabtu (6/1/2018), memimpin pemberkatan Taman Maranata. Seratusan umat Katolik turut dalam pemberkatan taman tempat miniatur gereja multikultur GRAHA Maria Annai Velangkanni tersebut.
“Graha Maria Velangkanni bagai Alkitab terbuka. Seluruh bagian dalam grha ini hendak memperkenalkan Allah mulai dari Buku Kejadian hingga Buku Wahyu. Dalam peziarahan di Graha Maria Velangkanni, kita bisa menemukan Taman Miniatur Betlehem, yakni tempat kelahiran Yesus di dunia. Dan kini, kita juga bisa berziarah ke Taman Minatur Ecclesia Catholica, yakni tempat kehadiran-Nya (Kapel St. Yohannes Paulus II) dan kita biasa berkunjung ke Taman Miniatur Nazareth, yakni tempat berkenalan lebih mendalam dari Maria Ibunda Yesus ( Kapel Maria ) dan dari situ kita biasa melanjutkan peziarahan kita ke Minatur Jerusalam, yakni Gereja Graha Maria di lantai atas untuk menyaksikan Karya Keselamatan kita lewat pe nderitaan, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus dan mengalami kehadiranNya dalam Sakramen Mahakudus yang mengajak setiap orang yang mencari Dia: ”Datanglah padaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan member kelegaan hati bagimu” (Matius 11:28). Dari situ kita bisa menuju ke destinasi ziarah kita ke Taman Maranata sebagai tempat penantian kita menyambut kedatangan Tuhan Yesus ke dua kaliNya. Sebab Maranata berarti ” Datanglah Tuhan” maka Tempat Penantian kedatangan Tuhan secara simbolis disebut Taman Minatur Penantian Tuhan Yesus”, kata Pater James memberi kata pembukaan.
Imam Yesuit asal India mengatakan, dirinya sengaja mengundang Pater Leo dalam pemberkatan Taman Maranata tersebut. “Pater Leo adalah seorang budayawan yang memahami inkulturasi. Dia telah membangun gereja inkulturasi Toba di Paroki Pangururan dan juga gereja inkulturasi Karo ketika diutus melayani di Paroki Kabanjahe.”
Dia mengatakan, seorang umat Katolik di Stasi Sta. Maria – Sabang telah membuang waktu, tenaga hampir satu tahun dan mengeluarkan dana secara sukarela untuk membuat miniatur Grha Maria Annai Velangkanni yang indah untuk disumbangkan ke Graha Maria.
“Mengingat bahwa Graha Maria Velangkanni bertempat di bumi Melayu, maka, kami membuat rumah tempat miniatur Graha ini dengan inkulturasi Melayu,” imbuhnya. “Oleh karena itu, kami mendapat kehormatan karena selaku budayawan, Pater Leo berkenan turut dalam pemberkatan dan peresmian taman dan miniatur ini.”
Pater Leo, dalam sambutannya, mengatakan bahwa inkulturasi adalah istilah yang mulai didengungkan oleh dan di dalam Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II (1962-1966). “Dengan term inculturasi itu dimaksudkan bahwa unsur-unsur kekristenan boleh diterjemahkan dalam budaya tertentu tanpa mengkhianati satu sama lain.”
Imam Kapusin asal ‘Negeri Kincir Angin’ melanjutkan, tujuan inkulturasi agar iman kristiani diakarkan dalam budaya tertentu demi penghayatan iman yang lebih mantap. “Jadi iman kristiani bukan menggembosi atau meniadakan kekayaan budaya suatu bangsa atau suku, tapi mau menyempurnakannya menjadi pengalaman religius yang bersesuaian dan bersentuhan dengan pengungkapan pengalaman religius kekristenan. Dasar dari pengakuan itu adalah bahwa setiap budaya mengandung pengungkapan dan pengalaman religius. Perpaduan yang serasi inilah yang dituangkan dalam bangunan Graha Maria yang inkulturatif itu.”
“Gereja ini menjadi ruang doa bagi semua orang yang ingin bertemu Tuhan. Yang terpenting adalah makna, bukan keindahannya (dari gereja itu), menurut Pastor James yang lebih senang menyebut bangunan itu sebagai Graha(rumah) Maria bukan Gereja Maria agar bisa menjadi “rumah” bagi semua kalangan,” ujar Pater Leo.
Menurutnya, peresmian rumah Melayu, sebagai tempat miniatur Graha Maria, memperlengkapi rumah-rumah adat lain yang sudah ada. “Gereja Velangkanni ini yang dibangun dengan tuangan inkulturatif, tidak mengandung pengertian eksklusivisme (dalam hal ini suku India), Gereja inkulturatif ini tetap bersifat Katolik (umum, mau merangkul segala suku).”
Dalam kesempatan tersebut, Pater James juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga bapa Hengky Pankratius. “Pak Hengky telah menyumbang tenaga, materi dan waktu untuk membuatkan miniatur graha ini. Kita berdoa semoga dia sekeluarga sehat dan selalu diberkati Allah.”
Setelah sesi memerciki taman dan miniatur graha, acara pemberkatan Taman Maranata ditutup dengan misa yang dipimpin oleh Pater James di aula Sta. Anna di lantai bawah Graha tersebut.
(Ananta Bangun) /// ditulis untuk majalah Keuskupan Agung Medan, MENJEMAAT