Asrama Putri St. Theresia Medan, Menimba Pengalaman Rohani
Komsoskam.com -Medan- Asrama Putri St. Theresia Medan menimba pengalaman rohani di Desa Tuntungan Namopecawir yang berlangsung pada 23 Februari 2020 yang lalu. Ada tiga sekaligus kegiatan yang mereka laksanakan pada hari itu. Pertama, Memberi pelayan liturgi dalam perayaan ekaristi di Paroki Tuntungan. Mereka mengemban tugas sebagai; Pemazmur, Lektor dan menyumbangkan beberapa koor dalam perayaan ekaristi.
Mengasah Rasa Empati
Kegiatan ini mau menanamkan kepedulian orang muda untuk mau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dengan mempersiapkan diri dan hati dengan baik. Pastor Paroki dan umat setempat mengapresiasi pelayanan anak-anak asrama yang menjalankan tugasnya dengan baik. Mudah-mudahan dengan contoh ini, menggugah hati OMK di paroki ini sehingga mereka semakin peduli dan aktif terlibat dalam hidup menggereja dan pelayanan liturgi di paroki ini, tandas Pastor Paskalis Surbakti, Conv. sebagai selebran utama pastor Paroki Tuntungan.
Kedua, merayakan ulang tahun di tepi sungai. Usai perayaan liturgi, anak asrama berjalan kaki menuju sungai Namopecawir Tuntungan. Ada yang mengeluh karena merasa lelah berjalan kaki, tetapi ada yang begitu gembira dan menikmati perjalanan itu sambil melewati perkampungan. Di sana mereka merayakan ulang tahun anak asrama bulan Februari. Situasi sederhana, asri di pinggir sungai itu akhhirnya membuat mereka bergembira hingga enggan untuk meninggalkan tempat itu.
Ketiga, kunjungan kasih ke asrama SLB-C Karya Tulus Tuntungan. Kegiatan terakhir ini adalah inti dari kegiatan hari itu. Anak asrama diajak untuk hadir, melihat secara langsung anak-anak yang berkebutuhan khusus. Tujuannya, supaya mereka mampu melihat, merasakan, peduli dengan penderitaan sesama dan akhirnya mampu bersyukur atas kebaikan Tuhan yang dia alami dalam hidupnya.
Beberapa dari mereka mengatakan “ adek-adek SLB nya semangat, ramah dan pede ya suster….. mereka juga peduli sama temannya. Saat membagi hadiah, seorang anak SLB berlari ke depan meminta hadiah untuk temannya yang tidak bisa cekatan berdiri seperti dirinya” kenang anak asrama mengisahkan perjumpaan yang mengesankan itu bagi mereka. Seperti seorang bijak mengatakan bahwa “sesama adalah aku yang lain”.
Semoga melalui perjumpaan dan pengalaman rohani ini, semakin menumbuhkan rasa empati, kepedulian para kaum muda kita terhadap sesama dan lingkungannya.
(Sr. M. Egidia Sitanggang SFD)