NEWS

Rekoleksi Guru Agama Katolik Kota Medan: Menemukan Gairah Baru

Komsoskam.com | Guru sebagai pelita bagi para murid dapat dipertahankan apabila motivasi mendidik dalam diri tetap melekat kuat. Tak terkecuali dengan guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Guru Agama Katolik hendaknya terus-menerus menemukan gairah baru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini mengemuka pada rekoleksi guru Pendidikan Agama Katolik Kota Medan di Alamta Jaya, Deli Serdang, Sabtu (24/8).

“Hidup adalah pilihan. Menjadi guru agama tentu bukan sebuah kebetulan, melainkan sungguh-sungguh pilihan. Di sini penting adanya pemberian diri dan keberanian mengambil risiko. Hal ini mengindikasikan adanya pengorbanan. Apalagi dunia telah berubah. Guru pun harus menyesuaikan diri dengan perubahan sesuai kebutuhan para murid”, kata pastor pembimbing rekoleksi, RP Konstantinus Frederikus Jawa, OSC.

Pastor pendamping OMK Paroki Santa Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat tersebut juga menekankan agar para guru agama menghayati identitas pendidikan agama Katolik yaitu berpusat pada Kristus. Untuk itu para guru harus berani berdialog. Guru harus mampu bekerja sama, berjalan bersama, saling berbagi dan menguatkan. Sekolah harus dilihat sebagai komunitas, bukan sekadar lembaga dengan organ-organnya.

Rekoleksi ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RP Serafin Dany Sanusi OSC. Melalui kotbah, kepada para guru agama dipesankan agar menjauhi sikap underestimate kepada murid-muridnya. Sikap itu akan membuat guru gagal membawa muridnya keluar melihat yang baik, seperti yang Filipus lakukan kepada Natanael untuk menemukan orang Israel sejati dalam diri Yesus Kristus (bdk. Yoh 1:45-51).

“Tugas kita sebagai guru adalah mengajak murid-murid melihat kebaikan untuk mewujudkan peradaban kasih. Peradaban kasih adalah penghayatan semangat merasa bersama Kristus (sentire cum Cristo) sebagai budaya yang sangat tinggi dan tidak dilupakan sehingga menjadi habit. Pendidikan harus selalu bermuara pada tindakan berpengharapan. Guru hendaknya tetap terbuka bahwa semua murid mampu,” ujarnya.

Hadir pula dalam kesempatan tersebut Penyelenggara Bimbingan Masyarakat Katolik Kantor Kementerian Agama Kota Medan Pinta Omasti Pandiangan, MSP. Dalam sambutannya, Pinta  mengatakan kegiatan ini merupakan upaya Bimas Katolik agar kemampuan intelektual (IQ) guru selaras dengan kecerdasan spiritual (SQ). Ia juga berharap pendidikan agama bukan sekadar hapalan, melainkan ada penghayatan dalam tindakan.

Sementara itu Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kementerian Agama Sumatera Utara Marihuttua Pasaribu, S.Ag., M.Si mengingatkan dua sisi penting guru agama sebagaimana disebut dalam dokumen Gravissimum Educationis, yaitu panggilan dan profesi.  Dua hal ini harus dihayati secara seimbang oleh guru agama. Caranya adalah menghayati profesi guru agama sebagai sebuah panggilan hidup dari Tuhan.

“Para guru agama hendaknya semakin menyadari dirinya utusan Gereja yang dipanggil untuk mendidik murid-murid yang kurang beriman menjadi semakin beriman. Guru agama juga harus menjadi promotor yang mendorong adanya penghayatan bahwa keluarga adalah sumber panggilan. Untuk itu, hendaknya pendidikan agama dibuat mengggunakan metode gasing: gampang, asyik, dan menyenangkan” ujarnya.

Marulam Nainggolan, Bimas Katolik, Kota Medan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *