Paus Leo XIV: “Kelaparan Tidak Boleh Dijadikan Senjata Perang”
komsoskam.com | Paus Leo XIV menyerukan keadilan pangan dan mengkritik belanja senjata dalam pesan kepada Konferensi FAO ke-44.
Dilansir dari Vaticannews, Paus Leo XIV mengirimkan pesan khusus kepada para peserta Konferensi FAO ke-44 yang sedang berlangsung di Roma pada 28 Juni – 4 Juli 2025. Dalam rangka peringatan 80 tahun berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Paus menegaskan dukungan Gereja Katolik terhadap perjuangan mengakhiri kelaparan dan malnutrisi di seluruh dunia.
Dalam pesannya, Paus menyoroti bahwa kelaparan global adalah sebuah “skandal kemanusiaan” yang tidak seharusnya terjadi, apalagi di dunia yang sebagian wilayahnya mengalami kelebihan produksi pangan.
“Kita menyadari bahwa mukjizat sejati yang dilakukan oleh Kristus adalah menunjukkan bahwa kunci untuk mengalahkan kelaparan terletak pada berbagi, bukan pada menimbun dengan serakah,” kata Paus.
Kelaparan Digunakan Sebagai Senjata
Paus dengan tegas mengecam praktik menjadikan kelaparan sebagai alat perang, yang menurutnya merupakan tindakan tidak manusiawi. Ia menyebut kelaparan massal sebagai cara perang yang “murah”, tetapi sangat kejam terhadap warga sipil.
“Dengan penuh keprihatinan, kita menyaksikan bagaimana kelaparan digunakan sebagai senjata dalam konflik. Membakar ladang, memblokir bantuan kemanusiaan, dan menghancurkan rantai pasok adalah taktik yang membuat jutaan orang menderita,” ujar Paus.
Krisis Politik dan Iklim Menambah Derita
Paus juga menyoroti bagaimana konflik bersenjata, krisis politik, dan gangguan ekonomi memperparah krisis pangan global. Ketika konflik terjadi, petani tidak bisa menjual hasil panen, harga pangan melonjak, dan masyarakat kehilangan hak atas hidup yang layak.
Selain itu, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan juga memperburuk situasi pangan. Paus menekankan perlunya transisi ekologis yang adil, di mana manusia dan lingkungan dijaga secara seimbang.
Kritik terhadap Belanja Senjata
Paus Leo XIV menyesalkan bahwa sumber daya dan teknologi canggih justru lebih banyak digunakan untuk industri senjata daripada untuk melawan kemiskinan.
“Ideologi-ideologi yang meragukan kini dipromosikan, sementara hubungan antarmanusia menjadi dingin, dan rasa persaudaraan memudar,” tambahnya.
Seruan Menjadi Pembawa Damai
Sebagai penutup, Paus mengajak seluruh umat manusia untuk menjadi “pengrajin damai” (artisans of peace) yang bekerja demi kebaikan bersama, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan kemauan politik yang nyata untuk mengakhiri kelaparan.
“Takhta Suci akan terus melayani keharmonisan antarbangsa dan tidak akan lelah dalam memperjuangkan kebaikan bersama, terutama bagi mereka yang paling menderita kelaparan dan dahaga,” tutupnya.