Mgr.Martinus Dogma Situmorang OFMCap: Iman Bekerja Lewat Kasih
Oleh Sdr. Moses Elias Situmorang OFMCap
Mengenang Kepergian Uskup Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap.
Pada tanggal 11 Juni 1983 merupakan tanggal bersejarah bagi Keuskupan Padang dan ordo Kapusin Propinsi Indonesia. Pada hari itu pastor Martinus Dogma Situmorang OFMCap ditahbiskan menjadi uskup termuda dalam usia 36 tahun. Mgr Martinus merupakan Imam angkatan kelima buah dari Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar. Dalam ordo Kapusin Medan Mgr.Martinus Dogma Situmorang OFMCap menjadi sang Bengawan Kapusin dengan mengampu beragam tugas mulai dari pastor rekan, asisten Magister, Direktur Seminari Tinggi Kapusin, penterjemah dengan menguasai secara aktif beberapa bahasa asing secara aktif yakni Inggris, Italia, Latin, Jerman, Prancis dan termasuk bahasa daerah yakni Bahasa Mentawai. Saat melepas kepergian beliau para kapusin dan keluarga Fransiskanes dipimpin oleh minister propinsial Kapusin Medan RP Selestinus Manalu OFMCap menyanyikan lagu Gita Sang Surya yang merupakan ciptaan santo Fransiskus Assi, sebuah kidung yang melukiskan keluhuran dan keagungan Sang Pencipta.
Pancaran Danau Toba
Pesona alam desa Palipi di pinggiran Danau Toba, Pulau Samosir tempat Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap lahir akan tampak semakin jelas memancarkan keindahan bila kita sudah memasuki jalan Tele dari arah Dolok Sanggul atau Kabanjahe turun menuju Pangururan. Dari Puncak Panatapan Tele tampak tidak saja alam sedang melukis keindahan, tetapi juga melukis kepermaian dan kelembutan. Pulau Samosir seakan dipeluk dengan pelukan lembut dan tenang antara bukit dan air danau Toba yang biru.
Bagi siapa pun yang dibekali cukup kepekaan, tempat seperti ini serupa dengan buku tua, namun penuh makna. Ia rindu untuk dibaca. Danau Toba dengan airnya yang biru adalah simbol kelembutan. Gunung Pusuk Buhit dan Bukit Barisan yang mengapit Danau Toba dengan batu-batunya adalah wakil ketegasan. Ketika keduanya berpelukan mesra, ia menghasilkan cahaya terang kesejukan. Pesona alam ini sepertinya berpadu dan ada dalam diri uskup Martinus Dogma Situmorang OFMCap: dia sekeras batu dalam mendidik diri sendiri, selembut air dalam melayani umatnya; teguh pada prinsip dan lentur dalam cara dan tutur kata yang tertata dan terukur. Hasilnya beliau selalu nampak bercahaya penuh kesejukan kapan dan dimana saja termasuk saat dia mengalami sakit.
Selanjutnya, menambah kepermaian pulau Samosir ada bunga-bunga mekar nan indah yang tumbuh liar di pinggir Danau Toba menjadi pesona lain yang seakan tersenyum memanggil: hai manusia, tersenyumlah. Karena dalam senyumlah letak kebahagiaan dan persahabatan. Dalam senyuman itu tersembunyi persahabatan dengan kehidupan. Lebih mudah menemukan kedamaian dengan persahabatan dibandingkan dengan permusuhan. Uskup Martinus Dogma Situmorang yang lahir pada tanggal 28 Maret 1946 dari pasangan penuh kasih katekis Bapak Joseph Iskandar Arminus Situmorang dan Maria Dina Sinaga selalu dengan hangat penuh senyum menyambut dan menerima siapa saja yang berjumpa dan bertemu dengan beliau. Oleh bapanya saat dibaptis beliau diberi nama Todo Tunggul Tahan Dogma Yohanes Situmorang. Arti nama ini kira-kira pembawa ajaran yang unggul dalam terang iman penuh kasih. Makanan kesukaan beliau adalah susu kerbau yang dimasak dengan sedikit garam, napinadar yakni ayam kampung yang dibakar lalu dimakan dengan beragam bumbu terutama andaliman dan ikan gulai mujahir dan ikan mas yang biasa disebut naniarsik. Jenis makanan ini sangat tinggi protein ditambah dengan ASI, plus gen dari dari bapa dan ibunya yang memang merupakan orang pintar maka tidak mengherankan Uskup Martin berotak cemerlang seluas samudra raya dan hatinya sebening mata air dengan sorot mata yang meneduhkan.
Masa kanak-kanak Mgr. Martinus Dogma Situmorang banyak dihabiskan dengan kegiatan bermakna: memancing ikan di Danau Toba supaya ada lauk di rumah, menggembalakan kerbau, bekerja di sawah dan mencari kayu bakar dan tentu berenang bebas di air segar Danau Toba. Dalam usia masih belia duduk di kelas V SD dia sudah mampu Maninggala yakni membajak dengan tarikan kerbau. Biasanya maninggala hanya diperuntukkan bagi orang dewasa. Didikan bijak penuh kasih dan displin dari bapanya terkasih sungguh dirasakan oleh Dogma yang membuat dia tumbuh menjadi anak yang ceria, berani, mencintai pendidikan, beriman dan selalu optimis dalam hidup serta tidak pernah takut berhadapan dengan siapapun termasuk kematian.
Bengawan Gereja Katolik Indonesia
Dogma panggilan akrab Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap semasa kecil adalah pribadi yang hangat, penuh atensi, hormat dan kasih kepada siapa saja. Dia amat taat asas dan juga taat pada kepatutan-kepatutan yang bijak berdasarkan usia, kedudukan, latar belakang, dan budaya. Dia selalu hadir rekreasi bersama para pastor di tengah jadwal hidupnya yang sangat padat. Kalau ada pertemuan beliau selalu hadir pada waktunya di ruang sidang baik sebagai pemimpin, moderator atau pendengar aktif. Dia penuh perhatian, mencoba menangkap menurut kemampuannya. Mengherankan bahwa daya tangkapnya lebih dari kemampuan pendengaran yang diperhitungkan; mengagumkan kesigapannya untuk menanggapi dengan lugas, pendek dan padat, ke pokok persoalan. Mgr.Martin mampu dengan cepat merumuskan hal-hal yang rumit menjadi sederhana. Suaranya sangat khas membahana dengan artikulasi yang lantang menjadikannya sering menjadi juru bicara kalau ada konsfrensi pers di KWI atau pertemuan lainnya. Isi khotbahnya jelas, menohok tetapi elegan dengan bahasa yang tertata sehingga tetap enak didengar dan direnungkan seperti saat dia berkhotbah pada Natal Nasional Tahun 2002.
Merunut kepribadiannya selama ini ada beberapa hal khas. Dia selalu setia tampil dengan rapi baik dengan pakaian biasa maupun dengan jubah uskupnya kemanapun dia pergi. Dia datang di ruang sidang, menyimak percakapan dan cepat meminta perhatian untuk menanggapi. Pengetahuannya luas, common sensenya tajam, minat kemanusiaannya tinggi. Bila dia berkunjung ke Pematangsiantar menemui para frater asal keuskupan Padang selalu membawa oleh-oleh berupa kripik Belado khas Padang dan untuk semua frater dan staf di STSP dia pesan es krim. Pokok-pokok yang amat mendalam dihayatinya adalah persaudaraan, persamaan hak setiap orang, doa, kerakyatan dan kesejahteraan umum, keadilan dan kejujuran, dialog antar umat beragama. Dia bersahabat akrab dengan para pemimpin muslim baik di Padang maupun di Jakarta dan tempat lain maka hasilnya gereja keuskupan di Padang tetap terjaga dengan baik. Doa, Ekaristi, devosi kepada bunda Maria, dan meditasi menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupnya yang tak pernah dia lewatkan.
Lebih sering beliau menjadi pendorong daripada penghalang, lebih sering beliau memberi pencerahan daripada kekaburan, dengan demikian mekar dan maraklah banyak yang indah di berbagai bidang melalui kehadirannya. Adalah salah satu keutamaan Monsigneur Martinus Dogma Situmorang OFMCap untuk menampung, menyalurkan, dan mengembangkan karisma di kalangan umat, klerus, dan kaum religius tanpa pernah mau menonjolkan diri atau menuntut pujian. Ada kalanya dia nampak kuat tak berkutat dalam berpendapat, itu bukanlah karena egoisme atau mematok posisi tawar untuk suatu kompromi tetapi karena yakin akan nilai seperti pernah tertuang dalam Surat Gembala KWI tahun 1997 yang menghebohkan seluruh jagat nusantara terutama para pemangku kepentingan (isinya “kita tidak berdosa bila tidak memilih kalau sadar bahwa suara hati kita tidak terwakili”). Tak ada yang disisihkan untuk untuk diri dan keluarga Situmorang dan dada tidak pernah terbusung karena prestasi dan tidak ada waktu dan tenaganya tercecer untuk memelihara dan mendapat prestise. Apa adanya, lugas, bernas tetapi tetap anggun dengan menjaga penampilan wajah tampil bersih. Dia orang yang lahir dan besar di Samosir dan Siantar, mengalami kesulitan hidup akibat gerakan G 30 S PKI. Karena itu dia memberi perhatian yang sangat khusus bagi orang-orang terpinggirkan di pulau Mentawai dan suku Talang Mamak di paroki Air Molek. Hampir dua bulan dalam satu tahun dia berada di Mentawai. Tujuannya tidak lain orang-orang Mentawai terangkat derajat hidupnya melalui pendidikan dan kesehatan. Dia bermanuver dengan mendirikan SPBU satu-satunya di pulau Mentawai.
Dia menapaki hampir semua jenjang ‘karier’, dari pendidikan Seminari Tinggi yang sedikit darurat di Parapat, studi di Italia dan Amerika Serikat, menjadi pastor paroki, dosen, rektor, ketua Komisi Kepemudaan KWI, Sekjend KWI, wakil ketua KWI, dan ketua KWI. Ada semangat, gairah, intensitas dalam pelayanan, pertemuan, percakapan, juga mendengar musik klasik. Dia orang amat saleh, beriman, bahkan menafsirkan semua peristiwa hampir harafiah sebagai intervensi Tuhan sendiri. Ketika beragam badai menimpa yayasan milik keuskupan Padang dengan demo sampai ke keuskupan, ada imamnya yang meninggalkan imamatnya dan puncaknya badai gempa dan tsunami meluluh lantakkan gereja dan gedung sekolah Katolik di Padang dia sempat gusar tetapi tidak sampai terkapar. Imam yang sudah tidak bisa dibina lagi dengan hormat dia suspensi sampai waktu tertentu. Dia tenang dan berpikir jerniah dalam mengatasi setiap masalah termasuk saat-saat terakhir dirawat di rumah sakit Baromeus Bandung, dia sudah sangat siap menerima saudari maut menjemputnya.
Mongsigneur Martinus Dogma Situmorang adalah uskup dan saudara Kapusin sejati. Dia menghayati ketiga kaulnya hampir dengan sempurna. Tak pernah mengeluh kemanapun menjalan tugasnya. Setiap tahun dia berkeliling mengunjungi umat di keuskupan Padang. Dia tetap setia mengenakan jubah uskupnya atau pake tao Fransiskan kemanapun dia bepergian. Dia selalu membuka sapaan dengan siapa saja dengan sapaan hangat dan pelukan kebapaan. Beliau adalah khotbah yang hidup yang senantiasa mampu menginspirasi hidup orang yang berjumpa dengannya. Dia merupakan bengawan Gereja Katolik dan Kapusin yang setiap saat mampu mengalirkan roh perdamaian, kasih, dan persaudaraan dimanapun dia berada. Monsigneur Martinus Situmorang OFMCap sungguh istimewa. “Keistimewaannya dia nampakkan dalam seluruh kesederhanaan, perhatian, dorongan, dan keugaharian yang mendalam.” Tutur Mgr Kornelius Sipayung OFMCap, uskup Agung Medan saat melepas jenazah Mgr.Martinus Dogma Situmorang OFMCap di Padang 22 November 2019. Hal senada juga diungkapkan oleh orang-orang yang pernah mengenal dan bersentuhan dengannya.
Kita berterimakasih kepada Mongsigneur Martinus atas kasihnya, kehadirannya, sumbangan pikiran dan kritiknya kepada Gereja dan ordo Kapusin melalui cara hidupnya, ketegasan dan kelugasannya berpikir dan bertindak. Terimakasih atas pengelolaan teladan hidup. Hidupnya sendiri menjadi khotbah yang hidup. Segalanya telah dikerjakan dengan pengabdian tanpa pamrih sehingga tidak ada yang ingin direngkuh sebagai miliknya. Semua dilakukan karena iman kepada Tuhan melalui pelayanan kasih. Selamat menikmati hidup abadi. Doakan kami yang masih berjuang di dunia ini. Pace e bene.