MARIA, BAIT ALLAH YANG BARU
Aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Hari Minggu Adven IV)
Daud merasa tidak pantas bahwa Allah berdiam dalam tenda sementara dia menghuni istana dari kayu aras. Ia bermaksud membangun rumah bagi Allah. Natan juga menganggap niat raja itu baik. Tapi melalui mimpi, Allah menyatakan, Ia tak pernah diam dalam rumah sejak menuntun orang Israel. Allah akan membangkitkan anak Daud yang akan membangun rumah bagi-Nya. Allah akan mengokohkan kerajaannya.
Pada Minggu Adven terakhir perhatian kita tertuju kepada Maria yang dipilih Allah menjadi bunda Putera-Nya. Allah memilih Maria menjadi bait Allah yang baru. Hidup Maria sama dengan perempuan lain pada waktu itu. Kedatangan malaikat Gabriel mengobah kisah kehidupannya. Maria terkejut mendengar bahwa ia akan mengandung Anak Allah, “Bagaimana hal itu bisa terjadi, sebab aku belum bersuami?”
Percaya bahwa Roh Tuhan menaunginya, membuat Maria berserah diri dengan pasti, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Maria memberi dirinya menjadi alat di tangan Tuhan. Maria bersedia mengesampingkan rencananya dan mendahulukan kepentingan Tuhan. Dia mengusahakan supaya karya Allah bisa berhasil. Hal itu tak terjadi dengan mulus dan mudah. Sejak menerima kunjungan malaikat Gabriel, dia kerap terkejut. Pilihan Tuhan tidak mengecualikannya dari jalan terjal penuh liku, cobaan dan penderitaan.
Dalam semua pengalaman itu, Maria selalu kembali pada pilihan dasar hidupnya: mau menjadi hamba Tuhan, memikirkan dan terus mencari arti perkataan malaikat itu. Maria mengandung Putera Allah dalam hati sebelum mengandung dalam rahimnya. Ia menyerahkan diri terhadap segala tuntutan rencana Allah. Maria menyongsong kelahiran Dia yang akan datang dalam wujud manusia. Maria adalah adven yang hidup.
Seorang petani memiliki serumpun bambu di ladangnya. Suatu waktu terjadi musim kemarau. Petani itu pergi ke ladang dengan wajah sedih. Sebatang bambu besar dan tinggi berkata, “Tuan! Mengapa wajah tuan tampak murung?” Petani itu menceritakan bahwa bencana kelaparan sedang mengancam penduduk akibat kemarau panjang. Ia juga menceritakan, tidak jauh dari persawahan ada mata air. Bambu itu paham maksud tuannya. “Tebang dan belahlah aku untuk mengalirkan air ke ladang para petani,” katanya. Sambil berurai air mata, petani berterima kasih pada bambu. Ia menebang bambu yang tinggi dan besar untuk mengalirkan ari ke sawah penduduk. Gagal panen akhirnya terhindar.
Gereja mengundang putera-puterinya memandang iman Maria dalam menyambut Penyelamat. Kita diajak supaya mengikuti jejak Maria untuk menjadikan diri jadi alat di tangan Tuhan dan menempatkan rencana-Nya di atas segalanya. Kerapuhan dan kelemahan kita tak mengecualikan kita dari rencana Tuhan untuk menyelamatkan manusia.
Putera Allah dapat dikandung dan dilahirkan di tengah manusia melalui kesediaan Maria. Karya Allah berlangsung sampai akhir zaman, hingga damai paripurna. Tuhan membutuhkan ibu, seseorang -yang tidak berarti harus seorang wanita- untuk melahirkan dan mewujudkan janji dan karya keselamatan dari Allah. Kita semua dipanggil untuk mewujudkan rencana itu. Marilah kita mencari tahu, menyelami dan memaknai panggilan yang disampaikan Tuhan kepada kita agar rencana Tuhan terlaksana