FOKUSKATEKESE

DISPENSASI KEHADIRAN FISIK UNTUK MISA BERSAMA

Untuk mencegah tersebar atau berjangkitnya virus corona, bapa Uskup Agung Medan memberikan dispensasi untuk merayakan ekaristi atau Ibadat Sabda Hari Minggu online (live streaming di Radio Maria atau via channel Youtube oleh Komsos KAM).

LIMA PERINTAH GEREJA dan KHK

Dalam Gereja Katolik Roma, Lima Perintah Gereja adalah hukum yang dianggap dapat mempertebal keyakinan. Lima Perintah Gereja Katolik tersebut secara spesifik merupakan tambahan dari Sepuluh Perintah Allah. Sejarah Gereja menunjukkan adanya perkembangan perintah Gereja, hingga sampai dirumuskan ada lima, seperti yang kita kenal dewasa ini. St. Petrus Kanisius dan St. Bellarminus menetapkan kelima perintah gereja itu sekitar 1589:

  1. Rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.
  2. Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan; dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
  3. Berpuasa dan Berpantanglah pada hari yang ditentukan.
  4. Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.
  5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah.

Lima Perintah Gereja bukanlah sekadar anjuran, melainkan kewajiban bagi setiap orang Katolik.

KITAB HUKUM KANONIK

Perintah pertama: “Engkau harus mengikuti misa kudus dengan hikmat pada hari Minggu dan hari raya”.

Kan. 1247

Pada hari Minggu dan pada hari raya wajib lain umat beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam Misa; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusan-urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga.

Tidak ada dispensasi atau alasan untuk tidak mengikuti misa pada hari Minggu. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk tidak bisa mengikuti misa seperti sakit atau kelemahan fisik/mental, atau jika harus merawat orang yang sakit atau kelemahan fisik/mental, situasi dalam perjalanan yang menghalangi, atau seseorang yang mempunyai pekerjaan yang mempengaruhi kesejahteraan publik. Namun misa pada hari sabtu malam sudah dapat memenuhi kewajiban dalam mengikuti misa pada hari minggu. Menonton misa di televisi atau mengikuti pelayanan doa atau persekutuan doa tidak dapat memenuhi kewajiban hari minggu, namun partisipasi dalam aktivitas pilihan bisa dianggap memenuhi kewajiban tersebut.

 

Kan. 1248 § 1

Perintah untuk ambil bagian dalam Misa dipenuhi oleh orang yang menghadiri Misa di manapun Misa itu dirayakan menurut ritus katolik, entah pada hari raya itu sendiri atau pada sore hari sebelumnya.

 

Kan. 1248 § 2

Jika tidak ada pelayan suci atau karena alasan berat lain tidak mungkin ambil bagian dalam perayaan Ekaristi, sangat dianjurkan agar kaum beriman ambil bagian dalam liturgi Sabda, jika hal itu ada di gereja paroki atau di tempat suci lain, yang dirayakan menurut ketentuan Uskup diosesan; atau hendaknya secara perorangan atau dalam keluarga atau jika mungkin beberapa keluarga bersama, meluangkan waktu untuk berdoa selama waktu yang pantas.

Kehadiran fisik=partisipasi umat beriman=kehadiran fisik

Partisipasi secara sadar dan aktif sudah menjadi hakekat liturgi sendiri (SC 14). Partisipasi itu juga mengalir dari imamat umum kaum beriman, yang bersama dengan imamat jabatan menurut caranya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus (LG 10). Namun partisipasi tersebut dilaksanakan sesuai dengan tugas atau perannya masing-masing menurut hakekat perayaan dan kaidah-kaidah liturgi (SC 28).

Partisipasi kaum awam dalam Perayaan Ekaristi dan perayaan liturgi lainnya tidak boleh merupakan kehadiran fisik melulu, apalagi kehadiran pasif, melainkan merupakan keikutsertaan penuh khidmat dan aktif (SC 48). Bagaimana bentuk partisipasi kaum awam dalam perayaan Ekaristi? Gereja memberikan beberapa contoh pembaruan yang dicanangkan Konsili Vatikan II demi partisipasi aktif dari umat beriman itu melalui: berbagai aklamasi, jawaban-jawaban tertentu, lagu-lagu mazmur, antifon dan kidung; gerak-gerik dan tindakan tertentu, waktu hening dan berbagai rubrik untuk peranan umat. Bagian-bagian Perayaan Ekaristi seperti pernyataan tobat, madah kemuliaan, syahadat, doa umat, dan doa Bapa Kami juga merupakan bagian yang dibawakan oleh seluruh umat. Meski perayaan liturgi menuntut partisipasi aktif semua umat beriman, bukan berarti bahwa seolah-olah setiap orang wajib melaksanakan tugas khusus dalam perayaan liturgi. Hadir sebagai umat dengan terlibat dalam seluruh perayaan secara sadar dan aktif merupakan partisipasi yang penuh.

Beberapa bidang pelayanan kaum awam dalam Perayaan Ekaristi:

  • Sebaiknya diusahakan semakin banyak umat yang bisa ikut terlibat dalam berbagai petugas pelayanan liturgi.
  • Gereja mendukung adanya petugas liturgi: para misdinar dan lektor, Pelayan Luar Biasa Komuni.
  • Meski sangat dianjurkan untuk mempertahankan pelayanan altar oleh anak laki-laki, tetaplah diberi kemungkinan untuk keterlibatan anak-anak perempuan untuk pelayanan altar.
  • Perlu dihindari ‘klerikalisasi’ awam dalam bidang-bidang liturgi, ataupun sebaliknya para pelayan tertahbis malah melaksanakan bagian yang khas dari kegiatan kaum awam.
  • Awam yang dipanggil dan dipilih untuk pelayanan liturgi hendaknya memiliki hidup iman dan moral yang baik, setia pada ajaran Gereja, nama baik di kalangan umat, dan hendaklah dilatih dan dipersiapkan dengan baik.

KEHADIRAN ALLAH: Ekaristi dan Ibadat Sabda

Liturgi khususnya sakramen Ekaristi adalah tindakan kehadiran Allah yang menebus manusia dan karya manusia yang memuliakan Allah. Dalam liturgy, Allah datang kepada manusia, menyatakan diri dan berdialog dengan manusia. Dalam liturgi, umat memasuki misteri paskah dan mengalami penebusan melalui sarana-sarana simbolis. Maka perayaan liturgi khususnya Ekaristi membawa orang mengalami diri terarah kepada kepada Allah dan bertemu dengan Allah secara pribadi. Suatu perjumpaan dengan Allah yang memberikan diri-Nya secara total untuk disantap dan tinggal dalam diri manusia.

Jadi perayaan liturgi adalah perayaan di mana Allah sekali lagi solider dengan kehidupan manusia yang gelap. Dengan solider dengan hidup manusia, Allah berbagi rasa dalam kegembiraan dan kesakitan manusia, membela dan melindungi manusia dan menanggung seluruh suka-duka kehidupan manusia.

Dengan demikian liturgi tidak boleh berhenti hanya sebagai ritual rubrik atau devosi belaka. Tetapi, liturgi harus menyentuh realitas pergulatan hidup manusia sehari-hari. Karenanya perayaan liturgi khususnya Ekaristi bukan sekedar sakramen, sebab di dalamnya Tuhan sendiri hadir dan berkarya, sehingga liturgi Ekaristi menjadi puncak misteri keselamatan manusia.

Gereja merayakan liturgi berdasarkan pada tindakan pemberian diri Yesus yang tidak hanya mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib tetapi juga dalam tindakan kasih pelayanan seperti yang Ia tampakan dalam peristiwa perjamuan terakhir dengan membasuh kaki para rasul.

Dalam liturgi keseluruhan kehidupan manusia dirayakan, tidak hanya relasi manusia dengan Allah tetapi juga relasi manusia dengan sesama dan alam lingkungannya. Liturgi dengan demikian memiliki dimensi sosial, bahwa iman itu sesuatu yang harus dirayakan secara aktual dan konkret sehingga berbuah nyata dalam kehidupan bersama.

Ekaristi karenanya memampukan dan mengundang manusia untuk membangun persaudaraan kasih dalam kebersamaan dengan umat Allah di tengah dunia. Perwujudan kasih kepada sesama kembali ditegaskan sehingga berbuah bagi penataan dunia dan semakin sesuai dengan pesan dan gerak Kerajaan Allah. Sebagai perayaan iman, Ekaristi menumbuhkan dalam diri umat sikap saling berbagi satu sama lain. Sebab dalam semangat saling berbagi, umat beriman secara personal maupun bersama melayani Tuhan. Dengan demikian individualisme dan kesalehan privat tidak mendapat tempat dalam liturgi.

Untuk sampai kepada cita-cita mulia itu, orang kristiani harus mengalami perjumpaan secara personal dengan Allah yang mewahyukan diri-Nya. MeLalui perjumpaan secara personal dengan Allah, orang Kristiani diharapkan menguatkan perutusan sosial yang terkandung dalam Ekaristi yaitu merubuhkan tembok pemisah, baik antara umat manusia dengan Allah tetapi juga antara sesama manusia. Dengan menerima Ekaristi umat kristiani menjadi satu, karena dengan ambil bagian dalam Tubuh dan Darah Kristus umat kristiani menjadi satu tubuh dengan Kristus. Dari kesatuan dengan Allah dalam Ekaristi itulah tumbuh rasa tanggung jawab yang baru dan mendalam akan solidaritas dan komitmen pelayanan bagi mereka yang miskin, menderita, kecil dan tersingkir. Dengan demikian Ekaristi bukanlah perjamuan makan, bukan pula hanya suatu ritual perayaan sakramen atau upacara keagamaan, melainkan suatu peristiwa yang menghadirkan kembali misteri kurban, wafat dan kebangkitan Kristus secara sakramental di sini, saat misteri itu dirayakan dalam liturgi Ekaristi.

Demikian kiranya pandemik Covid 19 membawa umat semakin dekat satu sama lain dalam lingkup keluarga dan sekaligus umat merindukan kebersamaan di dalam gedung gereja untuk menghadiri perayaan ekaristi besama dengan saudara-saudara seiman. Misa online tidak bisa menggantikan perayaan ekaristi bersama saudara-saudara seiman dalam gedung gereja bersama, seperti belajar atau kerja on line tidak bisa menggantikan ‘hadir di sekolah atau hadir di kampus atau di kantor’. Misa online itu hanya jalan keluar dalam kesempitan atau dispensasi dari Uskup Diosesan. Misa online (tanpa kehadiran/partisipasi umat di Gereja) tidak sama dengan Misa dengan kehadiran/partisipasi umat di Gereja.

 

ditulis oleh: RP. Benyamin Purba OFM Cap (Vikaris Yudisial KAM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *