DALAM IMAN DAN PENGHARAPAN | Kotbah 8 Maret 2020
Hidup adalah sebuah perjalanan. Masa puasa adalah perjalanan menuju Paskah. Hidup orang kristen berada dalam tantangan. Bisa jadi Allah terasa jauh atau malah absen. Situasi seperti ini bisa membuat perjalanan berujung tersesat dan tak pasti. Orang yang percaya kepada Allah tahu hidupnya akan berbuah baik. Peristiwa transfigurasi menolong Gereja memahami makna kemuliaan kebangkitan yang tak bisa dilepaskan dari penderitaan dan salib.
Transfigurasi terjadi saat krisis melanda kehidupan para murid bersama Yesus. Mereka mengalami kesulitan mengerti rahasia perjalanan dan pilihan hidup Yesus. Keraguan dan kesalahpahaman berkembang menjadi skandal saat Yesus secara terus terang berbicara tentang penderitaan-Nya. Harapan para murid tidak bisa diperdamaikan dengan kematian dan kegagalan yang akan dialami Yesus. Kendati dikaitkan dengan kebangkitan, kematian-Nya tetap sulit dipahami para murid. Karena itu kepada ketiga murid-Nya, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya yang menakjubkan dan tujuan perjalanan-Nya.
Tanda-tanda (terang, embun dan suara) yang menyertai penampakan itu merupakan tanda-tanda khas dalam penyataan diri Allah. Bapa menyatakan bahwa Yesus adalah Putera terkasih, Hamba yang bersedia melaksankanan kehendak-Nya. Yesus akan dikurbankan dan dimuliakan. Hal yang paling penting adalah suara Bapa: Dengarkanlah Dia. Mendengar berarti menerima Kristus, mentaati sabda-Nya dan mengikuti Dia. Para murid dipanggil untuk mengikuti Kristus di jalan salib agar sampai kepada terang dan kemuliaan. Hanya melalui salib kita dapat sampai pada kemuliaan-Nya yang gemilang.
Dalam baptisan, kita menerima panggilan suci. Kita dianugerahi rahmat dan benih-benih kemuliaan. Hidup kita memiliki orientasi yang pasti, walau pengalaman salib kerap membuat terang itu seolaholah pudar. Panggilan Abraham merupakan contoh keberhasilan dalam menanggapi rencana Allah. Sejarah sebelum Abraham tampak ibarat kisah yang penuh kehancuran dan kutuk. Lewat panggilan Abraham Allah mengobah arah sejarah. Permintaan Allah kepada Abraham sungguh radikal bahkan tampaknya tak masuk akal. Dengan meninggalkan negeri, bangsa, budaya dan sanak keluarga, Abraham diminta mencabut diri dari akar keberadaannya. Abraham tidak menolak. Ia meninggalkan masa kini yang sudah pasti untuk menjalani masa depan yang belum jelas seraya memercayakan diri pada penyelenggaraan Ilahi. Ketaatan tanpa syarat pada sabda Allah yang ditunjukkan Abraham mengobah sejarah manusia. Abraham menjadi berkat bagi segala bangsa.
Ada seorang serdadu dalam pasukan Iskandar Agung yang terus mundur bila pertempuran menjadi sengit. Iskandar merasa terhina oleh tindakan itu karena serdadu itu memiliki nama yang sama dengannya. Suatu hari Iskandar Agung memanggil serdadu itu dan berkata, “Pilih salah satu, hentikan tindakan pengecut itu, atau ubahlah namamu.” Serdadu itu dituntut agar hidup sesuai namanya.
Panggilan kita tak lain dari memercayakan diri kepada Allah. Abraham dan Yesus Kristus telah berjalan dengan keterbukaan hati menuju tujuan ke mana rencana Allah menuntun-Nya. Kepada para murid itu, Yesus berkata, “Berdirilah, jangan takut!” Kristus menyemangati para murid di sepanjang zaman, supaya, sesuai dengan nama dan identitas mereka sebagai pengikut Kristus, mereka berani untuk menerima rencana Allah dalam pengharapan dan iman. Di balik segala tantangan dan kegelapan, Allah menjamin terang dalam kehidupan para murid-Nya. Masa depan cerah dan gemilang dapat kita raih, bila bersama Kristus kita senantiasa bangkit dan berdiri. Amin.