Corona Virus 19 Tanpa Misa Online, Sebuah Catatan Refleksi
Kilas Balik Misa Live Online di Keuskupan Agung Medan
Misa Online atau Misa Live Streaming mulai dikenal karena Virus Corona 19 melanda dunia dengan tingkat penyebaran atau inveksi yang begitu cepat. Menurut data WHO (18/7/21) jumlah korban yang terpapar covid 19 sebanyak 177.011.962 jiwa dan yang meninggal sebanyak 3.842.815 yang tersebar di 201 negara. Setiap negara berjuang menekan penyebaran virus tersebut dengan membatasi pertemuan fisik, maupun aktifitas sosial yang umumnya dilakukan.
Corona Virus 19 dan Pembatasan Upacara Agama
Sebagai mahluk sosial, manusia suka keramaian. Namun ternyata Corona Virus pun menyukai keramaian. Corona Virus 19 senang dengan kebiasaan manusia yang suka berkumpul dan bersentuhan. Ternyata Corona Virus lebih menyukai keramaian demi misinya menginveksi sebanyak mungkin. Bagi umat manusia, pertemuan dan keramaian itu sebagai ujud solidaritas dan ungkapan kebersamaan, namun corona mengubahnya menjadi jalan “kemusnahan yang menakutkan”.
Untuk itu selama lebih dari satu setengah tahun ini, umat manusia berjuang untuk menahan diri. Membatasi diri dalam kehadiran fisik, membatasi diri dalam kegiatan sosial, ekonomi, politik maupun kegiatan agama. Meski pembatasan ini merupakan solusi menekan laju infeksi covid 19 dan mengutakan kesehatan. Ada sisi lain yang terdampak serius seperti aktifitas ekonomi, pendidikan maupun aktitifas beragama.
Terlepas dari aspek ekonomi, sosial dan politik, kali ini kita mau melihat bagaimana Covid 19 telah memberikan tantangan sulit dalam memelihara dan memupuk iman dimasa pandemi covid 19 ini.
Demi mencegah penularan Corona Virus tersebut para institusi agama pun turut berjuang bersama pemerintah. Keputusan meniadakan sebagian besar acara keagamaan pun ‘terpaksa’ diambil guna mendukung pemerintah. Semua itu dilakukan demi menjaga harapan nomal di masa yang akan datang.
Tercatat bahwa Gereja Katolik telah melewatkan acara keagamaan besar selama covid berlangsung. Diantaranya, Pekan Suci Paskah 2020, Adven dan Natal 2020, demikian pula acara pesta gereja ataupun rencana tahbisan. Umat yang awalnya diajak sebanyak mungkin akhirnya dibalik dengan membatasi sesedikit mungkin.
Keputusan ini tentu sangat sulit. Ada gejolak dalam prosesnya. Namun Tahta Suci telah memikirkannya dengan banyak pertimbangan sehingga memberi contoh dan memulainya dengan meniadakan misa Minggu dan Paskah tahun lalu dan memberi arahan Misa Darurat melalui Misa Online/ Live Streaming. Keputusan inilah yang selanjutnya diikuti dan diadopsi setiap wilayah keuskupan. Sepanjang sejarah gereja katolik abad ini keputusan peniadaan perayaan besar agama inilah yang paling fenomenal.
Corona Virus 19 Tanpa Misa Online
Keputusan para petinggi gereja tersebut tentu merupakan wujud dari persaudaraan dan solidaritas kepentingan umum. Memang awalnya terkesan bahwa gereja seperti diatur oleh pemerintah, namun dalam konteks ini para pemuka agama melihat tujuan yang lebih jauh dan mulia. Bila penyebaran corona tidak dibatasi, maka nasib hari esok umat manusia juga bisa lenyap.
Hidup serasa hampa tanpa perayaan iman, tanpa perayaan gerejani. Namun mari kita lihat apakah masih ada rahmat Tuhan dikala situasi serba sulit ini?
Ternyata dibalik peniadaan acara gereja itu, Gereja Katolik masih diberi rahmat untuk bisa memelihara iman dan hidup rohaninya lewat teknologi komunikasi yang canggih saat ini.
Meski gereja ditutup, kita masih bisa mendengarkan sabda Tuhan melalui layar digital. Meski Misa Minggu ditiadakan, kita masih bisa mengikutinya lewat tayangan streaming. Meski perkumpulan Doa ditiadakan, kita masih bisa mengikutinya bersama lewat zoom atau google meet. Meski kita dilarang berkumpul, kita masih bisa bersatu melalui aneka media komunikasi sosial dewasa ini.
Korona mungkin menghentikan banyak aktifitas agama secara offine, tetapi Korona tidak mampu membatasi atau menghentikan kerinduan umat untuk menaikkan pujian dan memadahkan kemuliaan bagi sang pencipta dan penebusnya.
Tepatlah apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam Dektrit Inter Mirifica, bahwa tekonologi komnikasi sosial sungguh merupakan penemuan yang mengagumkan.
Mengutip Dekrit Inter Mirifica, Bab 1 bagian 3 :
Gereja katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi keselamatan semua orang; maka merasa terdorong oleh kewajiban untuk mewartakan Injil. Karena itulah Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan Warta Keselamatan, dan mengajarkannya, bagaimana manusia dapat memakai media itu dengan tepat.
Lebih lanjut disebutkan bahwa pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenis media itu, sejauh diperlukannya atau berguna bagi pendidikan Kristen dan bagi seluruh karyanyanya demi keselamatan manusia.
Adapun cara Gembala bertugas memberi pengajaran dan bimbingan kepada umat beriman, supaya dengan bantuan upaya-upaya itu mereka mengejar keselamatan dan kesempurnaan mereka sendiri dan segenap keluarga manusia.
Maka sekali lagi kita patut bersukur bahwa Gereja Katolik terbuka untuk menggunakan media-media yang ada untuk mengalahkan “intimidasi” dari virus corona 19.
Melihat Sejenak Keberadaan Misa Online di Keuskupan Agung Medan
Perayaan Misa Live Streaming di Keuskupan Agung Medan dimulai pada 21 Maret 2020, setelah beredarnya surat arahan dari Uskup untuk meniadakan peryaan gerjeani, seperti misa, pemberkatan, katekese dan kegiatan yang sifatnya mengundang keramaian.
Satu hari sebelum surat itu beredar kami sudah mencoba mencari kemungkinan apakah bisa mengadakan Misa Livestreaming. Dalam artian tayangan real time, berupa video dan audio. Dalam surat yang diterbitkan Uskup menyebutkan bahwa misa bisa diikuti di Radio Maria. Artinya lewat audio frekuensi 104.2 FM.
Meski belum ada ketentuan formal mengenai Misa Radio, namun semangat rohani dari kondisi darurat tersebut patut diapresiasi sebagai sebuah bentuk pertahanan relasi umat dengan sang penciptanya melalui kegiatan rohani maupun sakramentali.
Tidak ada akar rotan pun jadi, demikianlah semangat darurat dari kebijakan tersebut. Artinya merayakan misa idealnya dengan mengikuti langsung, mendengarkan, menyaksikan dan terlibat dalam perayaan tersebut. Namun dalam masa darurat tersebut, yang ideal itu tidak ditemukan. Namun upaya menuju ideal itu perlu diadakan.
Oleh karena itulah Komsos KAM merasa bertanggung jawab pula untuk memberikan kontribusi untuk menghadirkan tayangan senyata mungkin lewat siaran Streaming Audio Visual. Dengan segala keterbatasaan perangkat, akhirnya perayaan tersebut bisa diwujudkan lewat Siaran langsung melalui Fan Pages Komsos KAM (sebelumnya @Meksos KAM/ Media Komunikasi Sosial KAM) dan tayang untuk pertama kalinya pada hari, Sabtu, 21 Maret 2021, pukul, 18.00 WIB. Dari Kapel Lt. 5. Katolic Center KAM dan pertama kali dipimpin oleh RP Harold Harianja OFMCap.
Dalam kotbahnya Pastor Harold juga mengungkapkan pergumulan emosi yang mana ia menekankan bahwa sesungguhnya Ia belum rela apabila Misa ditiadakan. Namun dengan refleksi dan iman, Ia akhirnya menyadari dan memahami bahwa ada rencana Tuhan dibalik semuanya musibah pandemic covid 19 ini. Hingga akhirnya menyimpulkan bahwa, Tuhan mengajak kita melihat rahmat dibalik bencana. Melihat dan menysukuri bahwa perayaan iman masih bisa kita ikuti dengan bantuan teknologi canggih sebagai karunia Tuhan juga.
Tantangan Keterbatasan Peralatan
Perlengkapan yang digunakan Komsos pada awal pandemi covid 19 sangat sederhana. Seperti Comcorder Sony yang sudah berumur 10 tahun, tanpa lighting, dan komputer kantor tanpa Video Graphics Accelerator (VGA) yang memadai, sementara Capture Card, tidak punya dan harus meminjam/ sewa kala itu.
Hal yang memprihatinkan sekaligus menantang adalah perihal kualitas internet. Kala itu kita menggunakan internet kantor yang rupanya sering putus, timbul tenggelam dan butuh waktu lama dalam proses perbaikannya.
Lewat evaluasi dan lain hal, sedikit demi sedikit perlengkapan yang dibutuhkan dan coba dipenuhi. Namun pada saat akan membeli beberapa perangkat yang dibutuhkan telah habis. Keberadaanya langka di toko, mengingat semua instansi akhirnya membutuhkan perangkat Live Streaming. Untuk waktu yang cukup lama, kita masih menggunakan perangkat seadanya.
Dukungan dan Kritik Umat
Masukan atau kritikan yang paling berharga dari umat saya kira berupa tingginya’ harapan umat yang agar kualitas tayangan langsung bisa diikuti se real mungkin. Puji Tuhan, banyak umat yang antusias mengikutinya. Dan banyak memberikan dukungan dan komentar berharga.
Komentar kurang lebih seperti ini. “ Keuskupan Agung Medan, tolong kami sungguh mau ikut misa online. Jangan putus-putus dong. Sebagian lagi mengatakan, “Apakah kuota internet Keuskupan tidak cukup?”
Apakah Misa ini ditanyangkan dengan menggunakan Handphone? Audionya tolong jangan terlalu kecil. Dan banyak lagi.
Mengingat tingginya harapan umat untuk tetap “terhubung” dan terlibat dalam perayaan gereja ini, maka kami merasa disemangati dan didorong. Kami semakin menyadari bahwa program Live Streaming ini sangat penting, sehingga kami berkepentingan atau berkewajiban untuk mengupayakan kualitas layanan yang lebih baik.
Dan pelan pelan, Komsos KAM di kuartal pertama tahun 2021 telah mengupgrade beberapa perangkatnya demi meningkatkan kualitas layanannya. Demikian pula dari sisi sumber daya manusianya, kami sudah berupaya untuk belajar dan berbagi pengalaman untuk saling mendukung dalam menghadapi troubleshooting yang bisa datang tiba-tiba.
Syukur pada Tuhan, meski keadaan masih menakutkan dan melelahkan bagi tim Live Streaming, hingga saat ini, perayaan Misa Harian dan Misa Minggu masih terus berlangsung. Senin- Sabtu, pukul 18.00 WIB dan pada Hari Minggu pada pukul 10.00 WIB. Perayaan ini bisa diikuti langsung Melalui Facebook Pages @Komsos KAM dan melalui Youtube KomsosKAM, dan melalui Radio Maria Indonesia 104,2 FM.
Kita semua berharap agar pandemi covid 19 segera berakhir sehingga kita bisa merayakan iman seperti sedia kalanya. Namun kondisi belum memungkinkan, maka daripada bersungut-sungut dan meningkatkan resiko penyebaran Covid 19, maka marilah kita manfaatkan dan syukuri fasilitas dan teknologi yang ada untuk menjaga iman dan harapan kita.
Oleh Jansudin Saragih * Koordinator Media Online dan Misa Online Komsos Keuskupan Agung Medan