BIJAKSANA DAN BERJAGA-JAGA || Hari Minggu Biasa XXXII
Keb 6:12-16; 1Tes 4:13-18; Mat 25:1-13/Hari Minggu Biasa XXXII
Berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya
Sejumlah buku dari Kitab Suci Perjanjian Lama dikategorikan sebagai Sastra Kebijaksanaan. Kitab-kitab ini secara khusus berbicara perihal jalan mencari kebijaksanaan agar dapat hidup secara arif. Sebelum menentukan pilihan, orang bijak terlebih dahulu menimbang dengan baik. Kebijaksanaan menghantar orang kepada kebahagiaan dan Allah, sumber kebijaksanaan.
Dalam Injil, tema tentang berjaga-jaga bukanlah topik yang kebetulan atau sekunder, yang dikaitkan dengan kebijaksanan dan kebodohan. Ajakan untuk berjaga-jaga ini dihubungkan dengan datangnya Kerajaan Allah yang sudah dekat, yang terpenuhi dalam pribadi Yesus. Di hadapan Tuhan yang akan datang itu perlulah memusatkan seluruh perhatian dan energi. Sikap bijaksana itu mencapai puncaknya kala pengantin datang dan ambil bagian dalam perjamuan yang sudah tersedia.
Gereja awal menekankan permenungan tentang parousia, kedatangan Tuhan yang kedua kalinya pada akhir zaman. Untuk itu sangat ditekankan sikap waspada. Halaman-halaman terakhir dari Injil Mateus membicarakan tema perihal persiapan menyambut parousia. Hal ini dipahami dengan baik bila diingat situasi khusus komunitas perdana yang menantikan akhir zaman sebagai yang akan segera tiba. Hal yang membedakan para gadis itu ialah yang bijaksana membawa minyak persediaan dan yang bodoh tak membawa persediaan. Ketidaktahuan tentang waktu kedatangan pengantin bukanlah alasan untuk lolos dari hukuman; sebaliknya kenyataan itu mesti menjadi dorongan untuk waspada.
Seorang wartawan yang terkenal sangat pelit menyimpan dan menggunakan semua halaman catatannya yang telah digunakannya hanya pada satu sisi saja. Jelas, ini adalah langkah ekonomis yang membuatnya menghemat uang. Tapi, di sisi lain ia menghabiskan banyak waktu. Pada akhir tahun, dia duduk dan mulai membuat perhitungan. Ternyata ia menghemat kertas seharga 30 rupiah, tetapi kehilangan waktu senilai 15.000 rupiah. Wartawan itu bijaksana atas uang kecil, tetapi bodoh atas uang besar.
Mendekati akhir tahun liturgi Gereja, kembali kita diingatkan mengenai kedatangan Tuhan, puncak dan tujuan hidup kita. Betapa suatu kemalangan yang tidak terkira, bila karena tidak bijaksana, kita mengalami nasib serupa dengan lima gadis yang bodoh itu. Kala bicara tentang penantian, kita tidak berbicara tentang kemalasan atau lipat tangan, tetapi berbenah diri untuk suatu perjumpaan yang membahagiakan. Fokus berjaga-jaga bukan hanya mengenai kedatangan Tuhan di akhir zaman, tapi juga perjuangan dari hari ke hari untuk melawan segala kejahatan dan berbenah diri dalam kebaikan. Seorang kristen adalah anak terang, maka bijaksana berarti menolak segala bentuk kegelapan yang ada di sekitar kita bahkan dalam diri kita.
Bijaksana dan berjaga-jaga berarti menyadari kedatangan Tuhan yang selalu mengetuk pintu rumah kita. Siap siaga berarti mengetahui kehadiran Tuhan dan menjumpai Dia dalam diri orang-orang di sekitar kita. Berjaga-jaga berarti siap untuk sentiasa mengevaluasi diri dan perjuangan agar tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan hidup. Orang bijaksana juga menolong orang lain supaya luput dari bahaya. Salah satu isi kewaspadaan kita adalah membantu membukakan mata orang lain agar tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan perjuangan hidupnya. Amin.