BACAAN INJIL, RABU, 26 AGUSTUS 2020
Matius 23:27-32
Pada waktu itu Yesus bersabda, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!”
MAKNA KUTIPAN:
Suatu hari saya pergi ke suatu daerah. Sepanjang perjalanan ke daerah itu saya melihat kuburan yang begitu bagus sekali, tinggi, megah, sementara di dekatnya rumah masyarakat sangat sederhana. Ketika saya bertanya tentang hal itu kepada teman seperjalanan dengan saya mereka menjawab kemegahan makam ini menunjukkan kehebatan, kehormatan keluarga/ marga tersebut. Tapi hati saya berkata inilah dunia. Demi nama, harga diri, kehormatan, orang mati lebih berharga daripada yang masih hidup. Demi membangun sebuah makam bisa menghabiskan ratusan juta bahkan sampai milyar rupiah tetapi membantu sesama terkadang sangat sulit.
Bacaan Injil hari ini masih melanjutkan bacaan sebelumnya, dimana para ahli Taurat dan orang Farisi lebih mementingkan penampilan luar. Yesus menyamakan para ahli Taurat dan orang Farisi dengan kuburan. Sejak lama, manusia sering membuat kuburan dengan penampilan yang megah dan mewah. Bangsa Mesir membangun makam Firaun dengan megah, yaitu membuat piramida yang begitu besar. Bangsa Indonesia pun tidak kalah megah membuat kuburan seharga milyar rupiah, indah, bagaikan taman surga katanya. Namun apapun namanya, bentuknya, dan lain sebagainya, sebuah kuburan tetaplah kuburan, yaitu tempat jasad manusia yang sudah mati dan dimakamkan. Sebagus-bagusnya sebuah kuburan dihiasi, isinya tetaplah sama yaitu berisi jasad yang membusuk serta tulang belulang.
Karena itulah Yesus mengecam ahli Taurat dan orang Farisi yang sibuk membersihkan bagian luar supaya terlihat bagus, indah dan dipandang benar di mata orang. Yesus mencela mereka karena mereka hanya mencari kehormatan di mata manusia. Mereka tidak pernah mempersoalkan untuk mencari kehormatan di mata Allah. Penampilan luar mereka nyaris sempurna, bersih, suci dan kudus. Akan tetapi penampilan dalam yakni isinya masih penuh dengan berbagai kemunafikan dan kedurjanaan. Orang Farisi bukan tidak mengetahui mana yang penting dan yang tidak penting, tetapi juga cenderung memperlakukan agama sebagai hal menuruti ketentuan-ketentuan lahiriah.
Kecaman Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisi ini menjadi kecaman bagi kita sebagai orang yang mengaku diri pengikut Kristus. Perlu disadari bahwa penampilan luar itu penting diperhatikan, namun yang lebih penting adalah penampilan dalam batin yakni kemurnian hati/ ketulusan hati kita. Rajin ke gereja, aktif di lingkungan, ikut kegiatan-kegiatan sosial itu baik, tetapi apakah ibadah, doa-doa kegiatan sosial yang kita lakukan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, hidup kita semakin baik, kita semakin peduli terhadap sesama di sekitar kita? Kita memberi nasehat yang bijak itu bagus,tapi apakah kita sendiri melakukannya?. Mari memurnikan hati kita dari sikap kepura-puraan yang sangat tidak berkenan bagi Tuhan. Mari membersihkan hati dan pikiran kita supaya sikap dan perbuatan kita betul-betul menyejukkan bagi orang lain. Amin.