SENANTIASA BERSYUKUR
KOTBAH MINGGU | RP FRANS SITUMORANG OFMCap.
Berdirilah dan pergilah,
imanmu telah menyelamatkan engkau.
2Raj 5:14-17; 2Tim 2:8-13; Luk 17:11-19/
Hari Minggu Biasa XXVIII
Ketika Yesus bersama rombongan-Nya memasuki suatu desa. Sepuluh orang kusta menemui Dia agar disembuhkan. Mereka tak berani mendekat, karena penyakit kusta dianggap sebagai hukuman. Penderita kusta harus berpakaian tercabik-cabik dengan rambut terurai. Orang kusta dicap sebagai orang yang berkabung karena mendapati diri mereka tidak layak untuk turut serta menghadap Tuhan dalam ibadat dan hidup sosial. Orang tidak boleh menyentuh orang kusta agar tidak menjadi najis. Orang kusta mesti tinggal terasing dan jauh dari masyarakat. Bila ada orang yang melihatnya, ia harus menutupi mukanya sambil berseru, “Najis, najis.” Tujuannya ialah supaya orang lain sempat menghindar.
Dari jauh kesepuluh orang kusta itu minta belaskasihan Yesus, “Yesus, Guru, kasihanilah kami.” Yesus tidak melakukan apa-apa selain menyuruh mereka pergi dan memperlihatkan diri kepada para imam, yang berwenang untuk menentukan apakah penyakit kulit yang diderita seserorang termasuk kusta atau tidak. Mereka jugalah yang mengatakan apakah seseorang telah sembuh atau belum. Di tengah jalan mereka sembuh. Kini mereka bebas dari belenggu penyakit dan boleh bergabung kembali dengan masyarakat.
Menyadari bahwa ia telah sembuh, salah seorang dari kesepuluh orang itu kembali kepada Yesus sambil memuliakan Allah. Sesampainya di depan Yesus, ia tersungkur dan mengucap syukur. Ternyata orang itu adalah orang Samaria. Yesus heran karena yang kembali untuk memuliakan Allah adalah seorang asing. Yesus memintanya berdiri dan menyuruhnya pergi karena imannya telah menyelamatkannya.
Kita teringat akan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, yang memberikan pertolongan dengan tulus. Berbeda dengan seorang imam dan Levi, orang-orang terkemuka dalam masyarakat Yahudi, menunjukkan sikap negatif. Dalam pelbagai kesempatan Yesus memuji orang lain sebagai orang beriman dibandingkan dengan orang Yahudi. Kesembilan orang itu hanya memikirkan keuntungan yang mereka dapat. Itulah sikap yang sering ditemukan Yesus dalam diri orang Yahudi. Walaupun telah mengalami dan melihat pelbagai kebaikan yang dikerjakan Yesus, namun mereka tidak mau percaya kepada-Nya dan karya keselamatan yang Ia kerjakan.
Orang Samaria yang disembuhkan dari penyakit kusta kembali untuk mengucap syukur dan memuliakan Allah. Ia menjadi teladan bagi kita agar senantiasa melihat kehadiran Allah dalam kehidupan harian kita, entah itu dalam kejadian luar biasa atau yang biasa dan sederhana. Kita diajak agar lebih peka merasakan kehadiran dan campur tangan Allah dalam hidup kita sehari-hari. Kita juga diajak supaya senantiasa bersyukur dan memuliakan Allah atas semua yang Ia lakukan dalam hidup kita. Allah tetap menyertai orang-orang yang berharap kepada-Nya. Kepada-Nya saja kita kembalikan segala kebaikan dengan ucapan syukur. Amin.