PESONA GEREJA

PAROKI STA. MARIA DARI GUNUNG KARMEL TIGALINGGA “GEREJA INI BISA DIBANGUN KARENA KUASA DAN KASIH-NYA LEWAT BANYAK ORANG”

Loading

Gereja Katolik Sta. Maria dari Gunung Karmel – Tigalingga

Riwayat Awal

Dalam satu buku yang dikeluarkan oleh Paroki Santa Maria dari Gunung Karmel Tigalingga menuliskan bahwa Tigalingga menjadi paroki administratif (kuasi paroki) pada 14 November 1965 dan kemudian ditingkatkan menjadi paroki pada tahun 1967 dengan 24 stasi dan umat 3.452 jiwa. Sebelumnya, Tigalingga adalah Stasi Parongil, walaupun pelayanan banyak dilakukan dari Sidikalang karena alasan praktis, strategis dan jalan lebih bagus.

Usaha untuk peningkatan Tigalingga menjadi paroki ditekuni oleh Pastor Joseph Kachmadi, O.Carm. Kondisi paroki pada saat itu sangat sederhana, karena mayoritas stasi harus ditempuh dengan berjalan kaki, walaupun beberapa paroki sudah bisa ditempuh dengan sepeda motor melalui jalan yang berlumpur.

Latar belakang suku umat di paroki ini terdiri atas: Toba, Karo dan Pakpak yang menempati daerah masing-masing. Umumnya umat hidup dari pertanian dengan tanah yang sangat subur di lembah Lae (Sungai) Renun. Sungai ini adalah terbesar di Kabupaten Dairi. Penghasilan utama dari Tigalingga adalah durian, kopi, kelapa, kemiri, di samping hasil pertanian lainnya.

Gereja paroki telah mengalami tiga kali pendirian di lokasi yang berbeda, gereja pertama dibangun tahun 1965 (saat ini telah dibongkar, menjadi halaman gereja baru). Gereja kedua yang terletak di sebelah timur pastoran dimulai sejak tahun 1978 bersamaan dengan pastoran dan kemudian diberkati oleh Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFM Cap pada 16 Juli 1982. Gereja ketiga mulai direncanakan pada tahun 2008 kemudian bentuk disederhanakan pada tahun 2010 yang disesuaikan dengan kebutuhan umat dan sampai pada saat ini (April 2015) sedang dalam penyelesaian akhir. Gereja ketiga ini dibangun di belakang gereja lama dan pastoran.

 

Semangat Perjuangan Membangun Rumah Tuhan

“Mungkinkah pondasi bangunan gereja paroki yang sudah dimulai tahun 2008 dan sudah mangkrak sekitar dua tahun, bisa diteruskan dan dibangun hingga selesai?” Demikian dituturkan Parochus (saat itu), RP. Antonius Manik, O.Carm dalam buku kenangan Pemberkatan Gereja & Gua Maria Paroki Sta. Maria dari Gunung Karmel Tigalingga”. Pertanyaan tersebut mencuat dalam benak Pastor Anton saat baru pindah tugas ke Paroki Sta. Maria dari Gunung Karmel Tigalingga paa 30 Januari 2010.

“Saat ditugaskan ke paroki tersebut, pimpinan mengharapkan agar pembangunan itu dilanjutkan hingga selesai. Barangkali pimpinan telah melihat pengalaman sebelumnya saat saya selesai membangun Gedung Gereja Paroki Sidikalang,” tulis Pastor Anton. “Awal-awal bertugas di paroki, saya didampingi RP. Yoakhim Lako, O.Carm, tidak berpikir langsung melanjutkan pembangunan. Kami menekankan bahwa kami hadir di paroki ini bukan untuk melanjutkan pembangunan pondasi yang sudah ditumbuhi rumput. Kami datang melayani Allah dan umat, walaupun dalam hati kecil ada tanggung jawab untuk melanjutkannya.”

Baca juga  Pesparani Katolik Asahan dalam Bingkai Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta

Pastor Anton dan Pastor Yoakhim mengamati sejauh mana kerinduan umat untuk kelanjutan pembangunan ini serta seberapa besar kerelaan umat untuk berkorban. Sebab kedua Imam Karmel tidak pernah bekerja di kota besar, sehingga tidak punya relasi untuk menggalang dana. Kemampuan ekonomi umat juga tidak mendukung untuk hal itu.

Pada rapat akhir tahun 2010 dan rapat awal tahun 2011, Pastor Anton menyinggung kelanjutan pembangunan kepada pengurus paroki. Para pengurus Paroki Tigalingga mewakili umat mengatakan bahwa mereka berharap pembangunan dilanjutkan dan bisa selesai. Mereka rindu memiliki gedung gereja paroki yang lebih layak. Hasil rapat itu memutuskan bahwa pembangunan gereja paroki dilanjutkan.

“Pada langkah awal kami menekankan agar umat jangan bergantung kepada para pastor, karena pastor bukan orang hebat. Mereka hendaknya berharap dan bergantung pada Tuhan serta mau bekerja sama dalam pembangunan ini,” tutur Pastor Anton. “Dalam pertemuan tersebut dilakukan perbaikan dan penyempurnaan panitia, proposal dan gambar bangunan. Kami mengganti gambar gambar, tidak lagi menggunakan seperti yang direncanakan semula, karena gambar bangunan itu dirasa terlalu mahal sehingga diganti gambar baru dengan tetap menggunakan pondasi yang sudah ada dengan pengurangan beberapa tiang. Para pengurus setuju dan cenderung pasrah kepada pastor dengan pemikiran bagaimanapun bentuknya, asal pembangunan dilanjutkan hingga selesai.”

***

Altar di Gereja Paroki Santa Maria dari Gunung Karmel

Setelah mengumpulkan dana awal sebesar Rp130 juta, pembangunan dilanjutkan pada 23 mei 2011. Dana tersebut bahkan kurang untuk pembelian semen dan besi, sehingga meminjam dari uang paroki. Meski demikian, pembangunan dilanjutkan dengan berharap ada rahmat Tuhan lewat para donatur.

Umat Paroki Tigalingga terus berupaya mengumpulkan partisipasi sesuai kesepakatan bersama. Namun, semua partisipasi yang telah terkumpul jumlahnya tidak seberapa dan tidak akan cukup mendanai pembangunan. “Penggalangan dana dilakukan dengan membuat proposal ke semua paroki di Keuskupan Agung Medan. Namun hasilnya kurang memuaskan. Meski demikian, kami tidak kecewa sebab mungkin mereka mengirimkan sumbangan tetapi tidak memberitahukan, atau mungkin paroki lain juga sedang membutuhkan dana untuk pelayanan pastoral mereka,” kenang Imam Karmel.

Menurutnya, Tuhan sungguh baik menunjukkan jalan dalam menggalang persembahan kasih umat beriman dengan Internet (website). Sebelum rencana kelanjutan pembangunan gereja paroki dimulai, Pastor Anton sudah mencoba mencari dana lewat Facebook.

Baca juga  Paroki St. Yohanes Paulus II – Tuntungan: Nyatalah bagi Allah Tiada yang Mustahil!

“Awalnya banyak umat Katolik yang tidak senang dan merasa malu karena Gereja Katolik dan Pastor pula meminta-minta dana lewat Facebook. Tetapi kami tetap melakukannya. Puji Tuhan, walau menimbulkan kontroversi baik di kalangan Imam dan umat, tetapi ada saja umat yang menyumbang karena melihat permohonan kami,” kata dia.

“Pada Juli 2011, kami bertemu Albertus Gregory Tan di Jakarta. Dia adalah seorang anak muda yang ikut menjadi pengelola Facebook Gereja Katolik. Kami memberi saran kepadanya agar media sosial tersebut juga bisa digunakan untuk membantu kebutuhan Gereja-gereja Katolik di pedalaman. Misalnya, menggalang dana untuk pembangunan gereja Katolik yang ada di pedesaan dan kesulitan mencari dana. Dia menerima usulan tersebut dan mulai menggalang dana untuk pembangunan gereja Katolik di pedesaan, dengan uji coba adalah menggalang dana untuk Gereja Katolik Paroki Tigalingga.”

Rahmat Tuhan pun mengalir lewat sumbangsih donatur melalui Facebook Gereja Katolik maupun Facebook Gereja Paroki Tigalingga. Para donatur juga tersebar luas dari Indonesia, hingga dari luar negeri. Dalam pengamatan Pastor Anton, dana yang masuk untuk pembangunan Gereja Paroki Tigalingga sebanyak 75% masuk lewat kampanye di Facebook.

Saat masa pembangunan masih berlangsung, Uskup Emeritus KAM, Mgr. A.G. Pius Datubara, OFM Cap berkunjung ke Paroki Tigalingga. Mgr. Pius memberi semangat bagi seluruh umat. Dia juga tidak segan-segan membantu umat yang tengah bergotong-royong, meminta difoto dan dipublikasikan ke Facebook Gereja Katolik Paroki Tigalingga. Uskup Emeritus juga mendukung pembangunan gereja paroki dengan mengontak relasinya. Pada 23 Desember 2012 gedung gereja yang masih dalam tahap pembangunan sudah difungsikan. Yakni untuk kegitaan ibadah Ekaristi maupun pernikahan.

“Pembangunan gereja ini memang terasa lama dan lambat, yakni hingga delapan tahun. Sebab proses pembangunan berlangsung sambil mencari dana. Walau melelahkan, namun kami hendak mengatakan bahwa Tuhan Yesus memang sungguh luar biasa baik. Gereja Paroki Sta. Maria dari Gunung Karmel ini bisa dibangun karena kuasa dan kasih-Nya lewat banyak orang,” pungkas Pastor Anton dalam buku kenangan tersebut.

Pustaka: RP. Edison R.L. Tinambunan, O.Carm dari buku “Lima Puluh Tahun Ordo Karmel di Sumatera 1965-2015: Berbuat Banyak dengan yang Sedikit”, RP. Antonius Manik, O.Carm dari buku kenangan Pemberkatan Gereja & Gua Maria Paroki Sta. Maria dari Gunung Karmel Tigalingga”

 

(Ananta Bangun)

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply