Memberi Tidak Harus Menunggu Kaya
3,495 total views, 6 views today
Komsoskam.com – “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Markus 12:44)
Sebagian orang berpikir, bahwa waktu yang tepat untuk memberi adalah pada saat mereka sudah mempunyai banyak uang atau kaya. “Bagaimana saya bisa memberi, sementara saya kekurangan?” Seperti itulah cara manusia melakukan pembenaran, hanya mau memberi jika ia memiliki rezeki melimpah.
Tidakkah kita tahu bahwa Tuhan mengetahui setiap persembahan atau pemberian umat-Nya? Besar atau kecil, banyak atau sedikit, sekalipun orang lain tidak mengetahuinya. Apalagi niat dan motivasi orang tersebut dalam memberi. Seperti halnya kisah Janda Sarfat, seorang Janda miskin yang rela memberi di tengah kekurangannya (Markus 12:38-44).
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.“
Lalu bagaimana bisa dua peser mampu mengalahkan persembahan si orang kaya yang banyak jumlahnya? Persembahan janda miskin itu tentu menjadi perhatian Tuhan karena melihat betapa besar pengorbanan wanita itu, yaitu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya.

Bagi orang yang memiliki uang banyak tentu hal memberi tidaklah sulit dilakukan. Namun tidak jarang, orang kaya yang justru enggan untuk menyisihkan rezeki dari perbendaharaan hartanya, kecuali bila pemberian itu membawa keuntungan bagi dirinya. Bahkan sebagian orang senang mempertontonkan pemberiannya di hadapan orang lain agar dilihat dan dipuji.
Berbeda halnya dengan orang miskin yang justru memberi dengan sembunyi-sembunyi karena merasa pemberiannya sedikit dan tidak berarti, padahal ia memberi dengan hati yang ikhlas dan tulus.
Jadi, kita tidak perlu menunggu kaya untuk dapat memberi. Apapun yang kita miliki saat ini, berilah dengan kerelaan dan ketulusan hati untuk persembahan kepada Tuhan dan untuk orang-orang yang membutuhkan. Saat kita memberi, maka pintu berkat Tuhan akan terbuka bagi kita.
Manusia menilai apa yang di depan mata, namun Tuhan melihat ketulusan hati.