Santo Bonaventura – Ketika Ilmu Bertemu Doa, dan Persatuan Dilahirkan dari Cinta
Pesta Liturgi: 15 Juli
Nama Santo Bonaventura juga diabadikan dalam Sekolah Tinggi Santo Bonaventura Keuskupan Agung Medan. Kampus yang terletak di wilayah paroki Delitua ini merupakan sekolah bagi para guru agama Katolik maupun katekis yang mendalami ajaran iman katolik. Lulusan sekolah ini telah banyak memberikan kontribusi positif dalam pengembangan iman umat di Keuskupan Agung Medan secara khususnya. Nah siapa itu dan seperti apa hidup santo Bonaventura? Simak tulisan singkat berikut ya.
“Dari mana kau belajar semua ini?”
“Dari Dia,” jawab Bonaventura sambil menunjuk ke salib Yesus.
Di tengah dunia yang sering membanggakan gelar dan kecerdasan, Santo Bonaventura hadir sebagai pengingat bahwa pengetahuan tanpa kasih hanyalah bunyi nyaring tanpa jiwa. Ia bukan sekadar seorang teolog besar Gereja, melainkan seorang murid sejati Salib. Ia belajar, mengajar, dan memimpin dengan roh doa dan kerendahan hati yang mendalam.
Lahir sekitar tahun 1218 di Bagnoreggio, Italia Tengah, Giovanni di Fidanza—nama kecilnya, ia pernah hampir meninggal saat kecil. Sang ibu, dengan air mata dan harapan, membawanya kepada Santo Fransiskus dari Asisi. Saat itu, Fransiskus menatap anak kecil yang lemah itu dan berseru, “O Bonaventura!” (Betapa baik kejadian ini!). Nama itu menjadi kenang-kenangan cinta ilahi. Dan sejarah membuktikan, ia memang menjadi berkat besar bagi Gereja.
Setelah dewasa, Bonaventura bergabung dengan Ordo Saudara Dina (Fransiskan). Ia dikirim ke Universitas Paris, pusat ilmu dunia waktu itu. Tapi berbeda dari banyak akademisi lainnya, Bonaventura memadukan logika dan cinta, belajar sambil bersujud. Ia berkata, “Saya belajar dari Salib.” Baginya, pengetahuan sejati tidak lahir dari buku semata, tapi dari hati yang berdoa dan mata yang menangis di hadapan Allah.
Pada usia 35 tahun, ia diangkat menjadi pemimpin tertinggi Ordo Fransiskan. Ia menghadapi tantangan besar: perpecahan dalam ordo akibat perbedaan cara menghayati kemiskinan. Tapi Bonaventura tidak memilih kekuasaan atau pemaksaan—ia memilih kasih dan kebijaksanaan. Ia menertibkan kebiasaan-kebiasaan yang menyimpang, mempererat persaudaraan, dan menata kehidupan ordo dengan semangat Injil yang sejati. Ia mengutus para saudara Fransiskan ke tempat-tempat jauh: Afrika, India, bahkan Mongolia, untuk mewartakan Kristus yang disalibkan.
Kerendahan hati
Ia pun tetap sederhana meski kemudian diangkat menjadi Kardinal. Konon, saat utusan Paus datang membawakan lambang kekardinalan, Bonaventura sedang mencuci piring. Ia menyelesaikan tugasnya lebih dahulu, dan baru menerima jabatan itu setelahnya. Topi kardinalnya ia gantungkan pada dahan pohon—sebuah simbol bahwa pelayan sejati tak pernah meninggikan diri.
Tahun 1274, Bonaventura menghadiri Konsili Lyon II bersama sahabatnya, Santo Thomas Aquinas. Dalam konsili itu, ia memainkan peran besar dalam usaha menyatukan kembali Gereja Katolik Roma dan Gereja Yunani (Orthodoks) yang telah lama terpisah. Ia menjadi jembatan, bukan tembok. Dan ketika benih persatuan mulai tumbuh, Bonaventura jatuh sakit dan dipanggil Tuhan. Ia meninggal dunia di tengah konsili tersebut, seolah Allah memanggilnya setelah tugas besar hampir selesai.
Santo Bonaventura bukan hanya seorang teolog agung, tapi doktor cinta dan kerendahan. Ia mengajarkan bahwa jalan menuju Allah bukanlah hanya lewat akal sehat, tetapi melalui hati yang remuk dan terbuka. Dalam tulisannya, ia menegaskan, “Ketakutan akan Allah merintangi seseorang untuk menyukai hal-hal fana, yang mengandung benih dosa.” Dan juga, “Kesombongan menggilakan manusia karena ia meremehkan rahmat dan menjunjung kesia-siaan.”
Tak hanya pengajar dan pemimpin, Bonaventura adalah juga seorang penulis rohani yang karya-karyanya masih dibaca hingga kini. Bagi kamu yang ingin mengenal spiritualitas Fransiskan dan kedalaman cintanya kepada Kristus, inilah beberapa karya Bonaventura yang paling berpengaruh:
Karya-Karya Utama Santo Bonaventura:
-
Itinerarium Mentis in Deum (Perjalanan Jiwa Menuju Allah)
➤ Karya mistik paling terkenal yang menggambarkan bagaimana jiwa manusia bisa naik menuju persekutuan dengan Allah. Indah dan mendalam. -
Legenda Maior dan Legenda Minor tentang Santo Fransiskus Asisi
➤ Biografi spiritual Santo Fransiskus yang sangat dihormati dan menjadi acuan dalam hidup ordo Fransiskan. -
Breviloquium
➤ Ringkasan pemahaman iman Katolik yang ditulis dengan gaya sederhana tapi kaya makna. Cocok untuk pembaca serius maupun awam. -
Collationes in Hexaëmeron
➤ Serangkaian meditasi teologis atas enam hari penciptaan, penuh dengan simbolisme dan spiritualitas mendalam. -
The Tree of Life (Lignum Vitae)
➤ Renungan menyentuh tentang kehidupan Yesus, dari kelahiran hingga wafat-Nya, yang mengajak pembaca merenung dalam cinta.
Karya-karya ini merupakan perpaduan antara teologi, kontemplasi, dan pengalaman pribadi akan Allah. Tidak kering, tapi justru membasahi hati yang gersang.
Hari ini, di zaman yang penuh polarisasi dan kesombongan pengetahuan, Santo Bonaventura mengajak kita: belajar bukan untuk unggul, tapi untuk mengasihi; memimpin bukan untuk mengatur, tapi untuk membasuh kaki; dan menyatukan bukan dengan argumen, tapi dengan pengorbanan.
Mari meneladani Bonaventura, yang hidupnya menjadi jembatan kasih antara ilmu dan doa, antara Gereja Timur dan Barat, antara dunia dan Surga.
Ya Allah, berilah kami hati seperti Santo Bonaventura:
Yang mencintai kebenaran,
Yang rendah hati dalam pelayanan,
Dan yang setia menyalakan harapan akan persatuan.
Amin.