NEWSREFLEKSI

SETIA DALAM PERKARA KECIL

Loading

KOTBAH MINGGU | RP FRANS SITUMORANG OFMCap.

Kamu tak mungkin mengabdi kepada Allah dan Mamon

( Am 8:4-7; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13/Hari Minggu Biasa XXV )

Seorang bendahara yang mengelola harta kekayaan tuannya ketahuan berbuat curang dan karenanya dipecat. Dalam situasi yang terdesak itu, ia mengambil hati orang yang berhutang kepada tuannya dengan menghapus bagian utang yang menjadi jatahnya, tanpa merugikan tuannya. Demikian ia mendapat sahabat-sahabat yang akan menerimanya bila dipecat tuannya.

Hamba itu dipuji bukan karena ketidakjujurannya, tapi kecerdikan dan kepandaiannya mencari solusi dalam krisis. Ia dipuji karena tidak putus asa. Setelah solusi ditemukan, ia segera menjalankannya. Kisah ini tidak hendak mengajak kita untuk belajar berbuat curang. Tuhan menasihati kita menjadi hamba yang setia dalam perkara yang kecil supaya setia juga dalam perkara yang besar. Hal yang harus dihindari adalah godaan untuk menjadikan harta benda sebagai tujuan utama hidup. Sikap ini akan menghindarkan kita dari keserakahan dan ketidakjujuran dalam mengurus harta dunia ini.

Nabi Amos mencela dengan keras perilaku curang dan tidak jujur. Para pedagang mengejar keuntungan dari orang miskin segala cara. Nabi Amos mengingatkan bahwa Allah ada di pihak kaum miskin. Dia tidak akan lupa akan segala perlakuan terhadap mereka.

Melalui perumpamaan ini, para murid diajak agar berlaku bijak dalam menggunakan harta kekayaan, sebab ada bahaya jatuh dalam perilaku kaum Farisi yang dilukiskan sebagai hamba-hamba uang. Harta kekayaan harus dapat dinikmati juga oleh orang-orang miskin dengan memberi upah yang adil. Mengikat diri pada mamon yang tidak jujur berarti menggunakan harta dunia untuk mendapat kawan agar kelak diterima di rumah Allah.

Baca juga  Tuhan Menghibur Orang Yang Patah Hati

Para murid diminta agar setia dalam perkara kecil. Bagi Yesus, mamon adalah perkara kecil, namun mesti dikelola secara bertanggungjawab, agar nanti dipercayakan harta yang sesungguhnya. Akhirnya, Yesus menegaskan perlunya loyalitas yang tidak terbagi kepada Allah. Manusia tidak mungkin sekaligus mengabdi Allah dan kekayaan dunia ini.

Sabda Tuhan mengarahkan kita untuk hidup sebagai orang bijaksana. Orang bijaksana memiliki visi yang jelas, terutama bagaimana dari sekarang berusaha memupuk persahabatan yang baik untuk mencapai keselamatan kekal. Kita diajak agar berlaku adil dan hidup dalam semangat cinta kasih kepada semua orang dan menjadi hamba yang jujur, adil dan setia. Dalam situasi apa pun yang kita hadapi, kita perlu berlaku arif dan bijaksana. Hal itu akan kita peroleh bila kita senantiasa setia mengabdi Allah. Amin.

 

Facebook Comments

Leave a Reply