REVIEWS

Petuah Sukses & Bahagia a la Les Giblin

Loading

Cover buku The Art of Dealing with People

Ada banyak petuah cara merengkuh sukses dan kebahagiaan. Ya, kita bisa melihatnya dalam rupa tumpukan buku di meja perpustakaan maupun toko buku. Atau iklan seminar dan siaran yang menjejal pada halam koran, majalah hingga berbagai media sosial. Dan sekarang satu buku Les Giblin telah berhasil ‘mencolek’ perhatianku.

Buku ini menarik saat satu bukaan acak aku menemukan ini: “Seni menjadi orang yang pandai mengobrol adalah pada kemauan untuk memberi kesempatan kepada orang lain dan membuat mereka berbicara. Jika Anda dapat mendorong orang lain untuk berbicara, Anda akan memperoleh reputasi sebagai orang yang pandai mengobrol dengan orang lain. Jika Anda dapat membuat orang lain terus berbicara, tidak ada cara yang lebih baik untuk membuatnya terbuka terhadap Anda dan ide-ide Anda.”

Wah! Sungguh bertolak belakang dengan kebiasaan-kebiasaanku selama ini. Sesuatu yang ‘mendobrak’ kebiasaan tentu punya nilai tersendiri. Buku seukuran saku dengan sampul berlatar kuning ini pun masuk uluran kasir yang tersenyum. Berkat ukurannya, ini saatnya menerapkan teknik Bacakilat besutan mas Agus Setiawan.

Giblin mengawali bahwa sejatinya setiap insan menginginkan ‘bahagia’ dan ‘sukses’. Kunci untuk memperolehnya, tentu saja sebagaimana judulnya, yakni dengan Seni Membina Hubungan dengan Orang Lain.

Dia memaparkan bukti. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa jika Anda mempelajari cara membina hubungan dengan orang lain, berarti Anda sudah menempuh 85% perjalanan menuju sukses. Baik dalam bisnis, karir, atau profesi apapun. Dan juga sekitar 95% dari perjalanan menuju kebahagiaan pribadi.

“Penyebab 90% orang gagal dalam kehidupan adalah kegagalan dalam membina hubungan baik dengan orang,” tulis Giblin.

Baca juga  Resensi Buku| Start WIth WHY

 

Ego Manusia

Menurut Giblin, seni membina hubungan dengan orang lain adalah dengan menyadari bahwa setiap orang memiliki ego. Dalam lubuk hati setiap orang, ada sesuatu yang penting dan membutuhkan respek. Dan dorongan paling kuat dalam diri setiap orang adalah membela sesuatu yang penting ini dari segala ancaman.

Giblin pun merangkum empat fakta kehidupan yang harus selalu kita camkan:

  1. Kita semua egois (dalam arti positif, “yaitu mementingkan diri sendiri”)
  2. Kita lebih tertarik pada diri sendiri daripada apa pun lainnya.
  3. Setiap orang yang kita jumpai ingin merasa dirinya penting dan “mempunyai nilai”.
  4. Setiap orang sangat mengharapkan persetujuan dari orang lain, sehingga dia bisa menyetujui diri sendiri.

Intinya, kita semua “lapar-ego”. Hanya bila ego ini terpuaskan, setidaknya sebagian, barulah kita dapat melupakan diri sendiri, dan memberi perhatian pada sesuatu yang lain. Dan hanya mereka yang sudah belajar menyukai diri sendiri yang bisa bermurah hati dan bersahabat dengan orang lain.

Lalu, apa yang membuat orang hanya mementingkan diri sendiri dan egoistis?

Orang yang hanya mementingkan diri sendiri atau egoistis sesungguhnya bukan karena harga dirinya berlebih; tetapi justru karena kekurangan harga diri. Setelah orang mulai lebih menyukai diri sendiri, mereka akan lebih menyukai orang lain.

Berkomunikasi Efektif

“Satu hal yang sama-sama dimiliki oleh semua orang sukses adalah keterampilan menggunakan kata-kata,” tulis Giblin dalam bab ‘Belajar Berkomunikasi secara Efektif’.

Baca juga  Resensi Buku | Lady In Waiting

Petuah yang penting bagi setiap pribadi, khususnya dengan panggilan profesi kerap berkomunikasi dengan berbagai insan manusia.

Menurut Giblin, kita harus berhenti berusaha menjadi sempurna. Bahkan, kita mungkin terkejut mendapati bahwa kita sedang mengatakan sesuatu yang cerdas dan menarik karena memang tidak berusaha melakukannya.

Dia juga menandaskan, seni berdialog terbaik adalah membuat orang berbicara tentang diri sendiri. “Seni menjadi orang yang pandai mengobrol adalah pada kemauan untuk memberi kesempatan kepada orang lain dan membuat mereka berbicara. … Jika Anda dapat membuat orang lain terus berbicara, tidak ada cara yang lebih baik untuk membuatnya terbuka terhadap Anda dan ide-ide Anda.”

Perihal ‘mendengarkan’ juga disorot Giblin sebagai keahlian berkomunikasi yang penting. Dia menuliskan bahwa mendengarkan membuat kita pandai. “Siapa yang mempunyai reputasi sebagai orang yang bijaksana dan pandai? Apakah orang yang selalu siap dengan jawaban bahkan sebelum dia mendengar pertanyaannya? Apakah orang yang selalu menyela untuk memberi komentar sebelum orang lain selesai berbicara? Ataukah orang yang banyak mendengarkan?”

Buku ini sungguh menggugah cara berfikir mengenai arti mengaitkan jalinan hubungan bersama sesama dengan sukses dan bahagia yang hendak kita rengkuh. Persis seperti pengalaman pakar komputer yang tak berhasil menjual karyanya karena tidak ingin memahami kebutuhan masyarakat.

Dalam pencarian di laman Google, sungguh beruntung pula mendapati mindmap penjelasan dalam buku ini. Sehingga semakin mudah untuk memahami. Buku ini layak untuk dimasukkan dalam rak buku pribadi berlabel ‘pengembangan diri’.

Mindmap penjelasan buku The Art of Dealing with People dari blog King Mind Map

 

(Ananta Bangun)

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply