NEWS

Perayaan Ekologi Fransiskan: Bersahabat Dengan Ciptaan Tuhan

Ziarah Alam Keluarga Fransiskan Kevikepan Dologsanggul

Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2025, keluarga besar Fransiskan Kevikepan Doloksanggul yang terdiri dari para imam Ordo Kapusin (OFMCap), Suster-suster KSFL, dan Suster-suster FCJM, bersama para frater, mengadakan kegiatan Ziarah Keindahan Alam. Kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan Hari Ekologi Keuskupan Agung Medan, sebagai wujud nyata spiritualitas Fransiskan yang menekankan kesederhanaan, persaudaraan, dan kecintaan pada ciptaan Allah.

Misa Kudus: Sumber Kekuatan Rohani

            Ziarah diawali dengan perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Pastor Niko Ginting, OFM.Cap, didampingi konselebran Pastor Lister Tamba, OFM.Cap. Misa berlangsung penuh sukacita dengan iringan lagu-lagu khas Fransiskan,  yang mengundang untuk hadir dalam damai, serta meneguhkan semangat persaudaraan.

            Dalam homilinya, Pastor Niko Ginting mengingatkan bahwa seringkali manusia, termasuk kaum Fransiskan, justru menumbuhkan “talenta yang tidak perlu”, yakni kebiasaan mengeluh. Padahal, mengeluh hanya membuat hati semakin jauh dari rasa syukur.

“Tumbuhkanlah hal-hal baik yang sudah diberikan Tuhan. Jangan pelihara sikap buruk. Motto kita hari ini sederhana: Jangan mengeluh.” – tegas Pastor Niko.

Pesan ini menjadi benih rohani yang mengiringi perjalanan ziarah hari itu.

Menyusuri Seribu Gua: Membaca Kitab Kehidupan lewat Alam

            Selepas misa, rombongan melanjutkan perjalanan dengan menyusuri kawasan Seribu Gua di Banurea. Alam Banurea menyuguhkan keindahan yang menakjubkan: udara segar, pepohonan yang rindang, gua-gua alami yang unik, dan suara kicau burung yang berpadu dengan desiran angin.

            Para pastor, suster, dan frater tampak penuh antusiasme. Wajah mereka memancarkan sukacita dan kekaguman akan karya ciptaan Tuhan. Nyanyian “Gita Sang Surya”, kidung Santo Fransiskus Asisi dikumandangkan sepanjang perjalanan. Lagu itu bukan sekadar nyanyian, melainkan doa yang mengalir dari hati yang bersyukur, serasa menyatu dengan suara alam yang hidup.

Menyaksikan dan mengunjungi keindahan Gua Alam di Banurea Pakkat

Persaudaraan Fransiskan: Menyatu dengan Sesama dan Ciptaan

Kegiatan ini meneguhkan kembali spiritualitas Fransiskan, yang tidak hanya memandang manusia sebagai saudara, tetapi juga seluruh ciptaan sebagai bagian dari keluarga besar Allah. Santo Fransiskus pernah berpesan:

“Segala ciptaan adalah saudara kita, sebab semuanya berasal dari satu Bapa yang sama di surga.”

“Bersyukurlah atas segala sesuatu, bahkan yang terkecil sekalipun, sebab di dalamnya tersimpan rahmat Allah.”

Dengan demikian, ziarah alam ini bukan sekadar rekreasi rohani, melainkan ajakan untuk menghidupi persaudaraan semesta, menjaga bumi sebagai rumah bersama, dan semakin dekat dengan Allah melalui keindahan ciptaan-Nya.

Makan Siang Bersama: Simbol Persaudaraan

Kegiatan ziarah ditutup dengan makan siang bersama. Dalam suasana sederhana namun penuh kekeluargaan, para pastor, suster, dan frater duduk semeja, saling berbagi cerita, canda, dan sukacita. Hidangan yang dinikmati bukan hanya makanan jasmani, melainkan juga menjadi simbol nyata persaudaraan Fransiskan yang mengalir dari meja Ekaristi ke meja persaudaraan.

Refleksi dan Peneguhan

Ziarah keindahan alam ini meninggalkan pesan rohani yang kuat: hidup tanpa mengeluh, melainkan penuh syukur. Alam mengajarkan untuk menerima segala sesuatu apa adanya, sementara persaudaraan Fransiskan mengajarkan untuk berjalan bersama dalam kesederhanaan.

Seperti kata Santo Fransiskus:

“Mulailah dengan melakukan yang perlu, lalu lakukan yang mungkin, dan pada akhirnya engkau akan melakukan yang mustahil.”

Maka, langkah kecil keluarga Fransiskan Kevikepan Doloksanggul dalam ziarah ini menjadi tanda nyata: ketika kita tidak mengeluh, melainkan bersyukur, kita dimampukan untuk melihat hidup sebagai anugerah, persaudaraan sebagai rahmat, dan alam sebagai kitab kehidupan yang menyingkap wajah Allah.

Dengan hati penuh syukur, seluruh peserta pulang membawa satu motto sederhana namun penuh makna:

“Jangan mengeluh. Nikmatilah dan syukurilah keindahan karya Tuhan.”

 

* Rikha Emyya Gurusinga

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *