Perayaan 800 Tahun Pertemuan St. Fransiskus Assisi dan Sultan Malik Al Kamil
Komsoskam.com – Medan – Memperingati 800 tahun pertemuan St. Fransiskus Assisi dan Sultan Malik Al Kamis, tepatnya tahun 1219. Mengenang peristiwa bersejarah tersebut keluarga Fransiskan se-Indonesia mengadakan dialog antar agama yang diadakan pada Sabtu, 24 Agustus 2019 di Hotel Danau Toba Convention Hall, Medan.
Misa dipimpin oleh RD. Benno Ola, Pr., Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Medan, dengan pengkhotbah RP Selestinus Manalu, OFMCap., Minister Provinsial Kapusin Provinsi Medan. Dalam khotbahnya, RP Selestinus Manalu, OFMCap. menekankan pentingnya mengenang peristiwa pertemuan kedua tokoh besar tersebut. Kesederhanaan St. Fransiskus Assisi bertemu dengan kebijaksanaan Sultan Malik Al Kamil menjadi pelajaran penting bagi kelangsungan persaudaraan antar umat beragama. Keduanya berjanji untuk menjadi pendamai bagi kelompoknya. Peristiwa bersejarah di Damietta menunjukkan bahwa dialog antar agama Katolik dan Muslim dapat dijalin dengan baik.
Setelah misa, kegiatan dilanjutkan dengan hiburan. Paduan Suara (PS) Magnificat dan kelompok wirid tampil menghibur hadirin beragama Katolik maupun Islam dengan bernyanyi dan bermusik. PS Magnificat juga menampilkan sebuah drama singkat tentang pertemuan kedua tokoh besar tersebut.
Drama tersebut menjadi pengantar bagi dialog dalam bentuk talkshow yang menghadirkan pembicara dari tokoh beragama Katolik dan beragama Islam. Pembicara Muslim ialah Prof. Hasan Bakti Nasution dan Bpk. Muhammad Qurib (dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara). Sedang pembicara Katolik ialah Sr. Xaveria Lingga, FSE (doctor spiritualitas) dan RP Mardan Ginting, OFMConv..
Para pembicara mengajak hadirin, baik beragama Islam maupun Katolik, untuk mengembangkan sikap saling mencintai dan menjauhi permusuhan. Peristiwa pertemuan kedua tokoh besar tersebut hendaknya menjadi gambaran pentingnya dialog antar agama demi kebaikan bersama. Dialog berlangsung hangat dan para hadirin bertanya dengan aktif.
Pertanyaan menarik disampaikan oleh seorang penanya, Salma Nasution, mengenai akar pertikaian antar pemeluk agama. Masing-masing pembicara memberikan gambaran berbeda tentang akar pertikaian. Walaupun demikian, para pembicara sepakat mengajak para hadirin untuk menyadari bahwa pada dasarnya agama mengajarkan kebaikan.
Setelah dialog berakhir, acara dilanjutkan dengan pemberian cenderamata kepada para pembicara. Turut memperoleh cenderamata ialah tarekat-tarekat di Keuskupan Agung Medan yang menjadi anggota keluarga Fransiskan. Kegiatan pun ditutup dengan doa dari dari Bpk. Muhammad Qurib. (Mario Ari Leonard Barus)