REFLEKSI

KASIH YANG MEMBEBASKAN | Kotbah 5 April 2020

RP Frans Sihol Situmorang OFMCap
RP Frans Sihol Situmorang OFMCap

Inti permenungan kita pada Minggu Sengsara ini adalah misteri Kristus dan kehidupan orang kristen, yakni salib sebagai ketaatan kepada Bapa dan solidaritas dengan manusia. Penderitaan Hamba Tuhan tak dapat dipisahkan dari kemuliaan. Sengsara dan penderitaan adalah jalan menuju kemuliaan. Yesus tidak memilih jalan seorang pahlawan, kekuasaan dan kekayaan, tapi jalan kemiskinan, kerendahan dan kelemahan.

Yesus baru saja dielu-elukan secara meriah dalam upacara daun-daun; penyambutan bagi seorang raja. Peristiwa ini sama sekali tidak bertentangan dengan kisah sengsara Tuhan. Yesus memperlihatkan bahwa Dia adalah raja yang meraja pada salib. Rencana penyelamatan Allah justru dipenuhi dalam perendahan, penderitaan dan kematian. Dalam situasi demikian bisa timbul pertanyaan, di manakah kemahakusaan dan keadilan Allah? Mengapa Allah tidak campur tangan dalam situasi yang sedemikian parah ini?

Hanya imanlah yang mampu memahami kemahakuasaan Allah dalam kelemahan salib. Yesus begitu mengasihi Bapa hingga menerima dengan bebas rencana Allah bagi keselamatan umat manusia. Ia tidak wafat karena dibunuh, melainkan karena menyerahkan diri dengan bebas dan cinta (Gal 2:20). Dengan menyerahkan diri karena cinta, Yesus menjadikan diri solider dengan penderitaan yang dialami oleh manusia. Yesus mau memperlihatkan bahwa kebesaran manusia tidak terdapat pada kuasa dan kekayaan, namun dalam cinta, solidaritas dan pelayanan. Allah mengalahkan penderitaan dan kematian dengan menerima pendertiaan dan kematian.

Orang kristen perdana memaknai salib sebagai tanda kerajaan Kristus dan sumber kebaruan. Dengan wafat Yesus, tampaknya semuanya berakhir dan kuasa kejahatan seolah-olah jadi pemenang. Namun, tandatanda yang menyertai kematian menjukkan kebaruan. Tabir Bait Suci yang terbelah dua memperlihatkan bahwa bait yang lama telah berakhir. Bait yang baru, yakni tubuh Kristus, akan dibangun Allah dengan kebangkitan. Dan yang pertama masuk ke dalam bait yang baru ini adalah seorang kafir, yakni tentara, yang mengakui imannya. Dalam wafat Putera Allah, lahirlah kemanusiaan baru. Misteri kematian menjadi misteri kehidupan dan kemenangan.

Pada abad-abad pertama, orang kristen mengalami penganiayaan, dibunuh, disiksa terutama oleh orang Romawi. Akhirnya tampil seorang jenderal Romawi yang menolong mereka, namanya Konstantinus Agung. Suatu hari dia bersiap-siap berperang. Pada malam sebelumnya, dia bermimpi bahwa seseorang memberitahu agar dia menandai semua perisai tentaranya dengan tanda SALIB yang besar. “Dengan tanda ini engkau akan menang,” kata orang itu. Keesokan harinya, kala mereka maju bertempur, pasukan Konstantinus menang. Kemenangan ini diyakini berkat tanda salib pada perisai mereka.

Pada Minggu Sengsara ini, salib menjadi pusat permenungan komunitas kristen. Di dalamnya terbaca rencana Allah yang penuh rahasia dan kerajaan Kristus yang bertolak belakang dengan rancangan manusia. Salib adalah jalan pelayan dan kasih. Kita memasuki pekan suci, puncak perayaan iman kita, dengan dua peristiwa penting: upacara daun-daun serta kisah sengara Tuhan. Kepada kita hendak diperlihatkan jalan yang ditempuh Tuhan untuk mencapai kemuliaan dan menyelesaikan karya penebusan lewat penderitaan dan kematian. Pada salib, kita mengalami kasih Tuhan yang membebaskan umat manusia. Kiranya kita siap menempuh jalan yang sama. Amin.

Rina Barus

Menikmati Hidup!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *