Apa Yang Anda Cari?
Pernah tersebar di medsos, anak atau cucu perempuan dari seorang pengusaha terkenal dan amat tajir di Indonesia, memilih menjadi suster dan bergabung dengan tarekatnya Santa Theresia dari Kalkuta. Banyak orang berdecak kagum, tetapi banyak juga yang nyinyir. Hal itu biasa, pilihan selalu mendatangkan pro dan kontra. Cerita heroik yang begitu, bagi gereja sebenarnya bukan hal yang baru. Karena jaman dahulu para santo dan santa pada umumnya berasal dari para bangsawan yang bergelimang harta dan kuasa. Tapi mereka memilih meninggalkan itu semua dan “menjadi miskin”.
Apa yang mereka cari? Raja Salomo merumuskannya dengan kata: KEBIJAKSANAAN. Ia mencari dan memohon agar dicurahi kebijaksanaan Allah. Yesus saat mengajar orang banyak, merumuskan bahwa yang dicari adalah KERAJAAN ALLAH YANG SEUMPAMA MUTIARA YANG INDAH. Berapa harganya? Digambarkan bahwah: SANGAT-SANGAT MAHAL. Harta, umur panjang, kekuasaan dan lain-lain tak sebanding dengan itu. “Kerajaan Allah itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkan lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Bisa jadi anda mengatakan bahwa model pencariaan macam itu terlalu RADIKAL. Aku tidak akan sanggup. Dalam konteks ini yang dituntut dari iman kita, bukan seberapa banyak “harta-materi” yang anda tinggalkan atau berikan, tetapi SEJAUH MANA SELURUH HIDUP INI SAYA PASRAHKAN, RELAKAN AGAR DIBIMBING, DIARAHKAN, DIRAJAI OLEH ALLAH. Totalitas pengabdian kepada Allah bisa bermacam-macam. Orang-orang yang masuk dalam cerita heroik tadi, itulah bentuk pengdiaan mereka. Anda tidak harus sama dengan mereka. Pemberian diri sepenuhnya kepada Allah bisa beragam cara, yang utama adalah: BERKENAN DI HADAPAN ALLAH. “Demikian pula hal kerajaan surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai jenis ikan. Setelah penuh pukat itu diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.”
Saudaraku, jadilah orang beriman, yang berkualitas dalam keluargamu, dalam komunitas religiusmu, dalam kebersamaan dan persaudaraan yang lebih luas. Sehingga ANDA BERKENAN DIHADAPAN MEREKA. TIDAK MENJADI BATU SANDUNGAN DALAM KEBERSAMAAN. Kualitas iman yang anda dan saya tunjukkan dalam kebersamaan itu sebagai tanda nyata bahwa Allah merajai, Allah memimpin dan Allah mengarahkan hidup kita karena Kristus Yesus yang kita imani sebagai buah sulung dari Allah. “Supaya Ia, Putera-Nya itu menjadi yang sulung diantara banyak saudara.” (Hari Minggu Biasa yang ke 17 – 2020)
RP. Hubert OSC